Daftar Isi

Tuesday, August 12, 2014

Revolusi Mental Ala Aa Gym



Saat mendengar Aa Gym akan memberikan tausyah, Selasa (12/8) lalu, saya sebetulnya agak aras-arasen (Bahasa Indonesia; malas) untuk ikut jiping alias ngaji kuping. Bukan apa-apa. Saya masih teringat,bagaimana beliau menjalani kehidupan rumah tangganya yang penuh kontroversial. Kebetulan saya bukan penganut “ideologi” poligami. Seperti banyak ibu-ibu jamaah Aa Gym yang lain, saya sangat kecewa, ketika pengasuh pesantren Daruut Tauhid ini memutuskan untuk berpoligami.

Namun lantaran ini moment langka, pagi itu saya beranikan diri untuk datang. Saya memang melihat Aa Gym agak lebih sepuh. Kulitnya tidak seputih dulu. Tapi ia tetap ramah, dan tampil apa adanya. Satu hal yang membuat saya memberanikan diri menulis ini adalah soal fokus dakwahnya yang kini sudah berubah haluan. Sesuai pesan gurunya, Aa Gym lebih menekankan soal hakekat ketauhidan.

Ini sebetulnya kajian yang berat. Saya teringat seorang kyai di desa saya, yang sering mengusung tema ini. Hasilnya, jamaah kyai tersebut jadi eksklusif. Dalam batas-batas tertentu, bahkan menganggap, yang bukan kelompok mereka adalah orang yang “sesat”. Tapi di tangan Aa Gym, kajian ini menjadi sangat ringan, mengena dan “nendang” hingga ke ulu hati.

Aa Gym mengaku tujuh tahun untuk bertransformasi menjadi seperti sekarang. Ia diajari gurunya untuk mengamalkan ilmu kelapa. Seperti kelapa, kita tidak akan mendapat minyaknya, sebelum dijatuhkan, disayat, dibelah, dan diparut. Aa Gym mengakui, saat berpoligami, hinaan,hujatan, cacian dan cercaan mendatanginya setiap hari. Sakit hatikah?”Tidak.Karena dengan cara seperti itulah, saya melepas Illah yang lain, selain Allah SWT,”katanya.

Ia mencoba flashback. Ketika sedang berada dipuncak kepopuleran, perusahaan puluhan, dihormati dan dikagumi, hidupnya justru tidak tenang. Anak-anaknya tak terurus. Ia merasa selalu lelah. Risau. Aa Gym hanya merasa tenang, saat memberi tausyah. Tapi setelah itu hanya capai yang didapat.”Saya sering mengeluh, kok hidup begini banget ya? Akhirnya oleh guru saya, saya dianjurkan untuk menapak bumi. Seperti kelapa, saya harus dijatuhkan dulu,”kata Aa Gym.

Semua Illah selain Allah perlahan-lahan dilepas. Kepopuleran, nama besar, harta benda, rasa ingin dihormati, takut dicaci, ingin dipuji dan segenap hal yang berujung pada penilaian manusia semua dilepas. Revolusi mental itu membuat Aa Gym mengasingkan diri. Baru setelah dinilai sudah mantap oleh sang guru, beliau diijinkan kembali untuk berdakwah. “Tapi kajiannya hanya soal bagaimana cara mengenal Allah. Ini yang saya sebut ketauhidan dalam versi yang ringan,”katanya.

Ah, selama satu jam lebih kami semua bahkan terus ingin nambah dan nambah pengajian Aa Gym. Tidak ada keangkeran seperti citra yang dipancarkan kyai di desa saya. Justru lewat ngaji tauhid inilah, menurut Aa Gym, kunci menuju bahagia. Jika kita berharap pujian dari orang lain, hidup kita tidak akan tenang. Lagi pula, pujian dan hinaan hanyalah versi manusia. “Kalau kita nggak bisa bayar cicilan mobil lantaran kita memaksa kredit agar dipuji,apa mereka yang memuji mau membayarkannya,”kata Aa Gym.

Yang unik, kata Aa Gym, tidak semua orang yang mati dan mengaku syahid, para dai, ahli ibadah dan dermawan akan masuk surga. Karena saat dihisab, ketika ditanya syahid dan ibadahnya diakui untuk Allah, tapi setelah ditelisik ternyata hanya karena berharap pujian manusia,maka orang itu akan dianggap berdusta. Alhasil, ia bakal terjungkal di neraka. “Jadi kunci bahagia itu bersihkan hati. Jauhkan dari sifat ingin dipuji, gagah-gagahan, kikir, dengki, suka pamer dan penyakit hati yang lain,”kata Aa Gym.

Dan lain-lain,mungkin terlalu sempit jika saya tulis semua. Tapi Allah memang maha membolak-balikan hati manusia. Jujur saja, rasa jengkel yang selama ini bersemayam karena keputusan Aa Gym berpoligami, mendadak sirna, seperti kabut diterpa sinar matahari. Sengaja pengalaman batin ini saya bagi,karena sesungguhnya kita tak tahu hati Aa Gym, saat ia rela meski harus dihujat. Maafkan Aa, saya telah berburuk sangka. Kepada Allah pula, saya berdoa, semoga penyakit ingin dilihat wah dan suka pamer dijauhkan dari hati saya. Amin ya robbalalamin.