Daftar Isi

Thursday, March 20, 2014

Tujuh Satria Piningit



Pagi-pagi,usai Jokowi diperintahkan Megawati untuk nyapres, Jum’at (14/3) lalu, betapa riuh rendahnya dunia sosial media dengan aksi saling dukung dan telikung. Penelikung Jokowi kecewa,karena ia melanggar sumpah jabatan untuk menjabat Gubernur DKI Jakarta selama 5 tahun. Masih banyak pekerjaan belum terselesaikan. Sementara pendukungnya lebih pragmatis;kesempatan tidak datang dua kali.

Status di Blackberry, foto-foto display picture,tak urung dari aksi pro dan kontra. Jokowi jadi trending topic. Apalagi setelah Prabowo galau dan menggugat kesepakatan Batu Tulis, yang berisi perjanjian Megawati untuk mendukung Prabowo nyapres di 2014. Tak ayal, hari-hari belakangan, semua orang seperti jadi pengamat politik dadakan. Harga elpiji naik,Jakarta yang belum aman dari banjir,macet dan kriminalitas, sejenak terlupa kan.

Saya sebetulnya tak mau ikut-ikutan rempong soal pencalonan Jokowi. Namun dalam perjalanan Jakarta-Cijeruk,Bogor,Minggu (16/3) kemarin,tiba-tiba tema ini muncul mendadak. Seorang teman,ustaz dan penghayat budaya Jawa,mencoba mengidentifikasi siapakah sesungguhnya sosok satria piningit ketujuh,yang bakal memimpin Indonesia dan jauh-jauh hari sudah diramalkan oleh Ronggowarsito.

Namanya ramalan,mau percaya monggo.Tak percaya tak mengurangi pahala.Raden Ngabehi Ronggowarsito memang menyebut tujuh satria piningit yang bakal memimpin republik tercinta ini.Enam sudah menjabat, tinggal satrio piningit ketujuh yang masih jadi teka-teki.Prabowo atau Jokowi. Atau ada kuda hitam yang meroket di hari-hari terakhir pemilihan presiden.

Soekarno disebut dalam ramalan Ronggowarsito sebagai satrio kinunjoro murwo kuncoro. Seorang pemimpin yang keluar masuk penjara tapi berhasil membuat nama Indonesia menjulang dan mampu membongkar penjajahan Belanda. Lahirlah proklamasi.

Penggantinya,Soeharto, konon identik dengan satrio mukti wibowo kesandung kesampar.Inilah pemimpin yang berhasil membawa kemuliaan negeri. Sampai-sampai,sekarang pun masih ada yang  terobsesi kembali ke zaman orde baru, dengan tagline ‘enak jamanku tho’. Memang di akhir masa pemerintahannya, ia banyak kesandung kesampar. Banyak kena masalah. 

Satrio jinumput sumelo atur diidentifikasikan sebagai BJ. Habibie. Ia terambil untuk sementara waktu,menjembatani presiden periode berikutnya. Saat Gus Dur naik,inilah satria piningit yang disebut oleh Ronggowarsito sebagai satrio topo ngrame wuto ngideri jagat. Kekurangan dalam penglihatan, tak menghalangi ia dalam waktu singkat berkelana ke berbagai pelosok tanah air dan dunia.

Mega muncul dan ia konon sesuai dengan ramalan sebagai satrio piningit hamong tuwuh. Seorang pemimpin yang membawa karisma karena keturunannya (hamong tuwuh). Ia digantikan oleh satrio boyong pambukaning gapuro. Tokoh yang berpindah tempat (boyong dari menteri menjadi presiden),sebagai pembuka gerbang zaman keemasan.

Presiden setelah SBY, diidentifikasi sebagai satrio pinandito sinisihan wahyu. Ia berjiwa satria,tapi relijius. Saking relijiusnya maka disebut pinandito sinisihan wahyu. Konsep satria pinandito sinisihan wahyu, tak hanya untuk presiden.Bisa juga satu paket dengan wakilnya.Jika tepat, mereka akan membawa Indonesia ke arah kemakmuran.

Bisa saja yang terpilih bukan satrio pinandhito sinisihan wahyu. Indonesia bisa terus berjalan,tapi banyak goncangan. Bak sekrup yang tidak pas di sepeda motor. Si motor masih bisa lari, tapi bakal tidak stabil dan penuh goncangan.Satrio piningit ketujuh ini laiknya sosok seperti Joko Tingkir. Orang yang kuat berfikir (think) dan berdzikir. Bersih tak punya kepentingan pribadi apalagi partai.

Pemilihan cawapres menjadi penting,jangan sampai muncul matahari kembar. Dulu ada Mega dan Tutut. Lantas Habibie  dan Try Sutrisno. Mereka berlomba-lomba “naik” dan berebut pengaruh. Siapa yang punya potensi menjadi satria piningit berikutnya, ia berpotensi menjadi Ratu Adil.

Tentu saja  Ratu Adil yang terlihat dari perbuatannya.  Bukan seperti Raymond Westerling, yang membabi buta dengan APRA-nya alias angkatan perang ratu adil. Mungkin Westerling pernah membaca buku babon,yang mengidentifikasi Ratu Adil sebagai orang Belanda keturunan Turki. Tapi ternyata membawa kerusakan. Ratu Adil dinilai dari kemaslahatannya terhadap rakyat.

Jika melihat dua kandidat terkuat;Jokowi dan Prabowo,lantas siapakah yang paling mirip dengan kriteria satrio pinandhito sinisihan wahyu versi Ronggowarsito? Ini memang mirip tebak-tebak buah manggis,meski kadang lembaga-lembaga survey sudah memastikan si A pasti jadi,dengan berbagai kombinasi prosentase perolehan suaranya.

Kalau perjanjian batu tulis menyeruak jadi amunisi untuk menyerang pihak lain,sesungguhnya kita sudah mulai disuguhi pertempuran kecil,sebelum pertempuran demi pertempuran lain bakal terjadi,untuk memenangi peperangan. Naskah batu tulis memang jadi tolok ukur penting,seberapa jauh seorang pemimpin bisa konsisten menegakan moralitas diri.

Dalam kosmologi budaya Jawa,yang diucapkan seorang ratu adalah iduh geni. Sabda pandita ratu. Apa yang terucap adalah undang-undang. Harus ditepati. Kalau diingkari, akan kena tulah.Jika bukan tulah pribadi,Indonesia akan terus dirundung masalah.

Namun apapun hasilnya,lantaran pertarungan belum selesai, silahkan saja para pendukung  masing-masing capres beradu kreatif di dunia maya. Yah,lumayan buat hiburan ditengah kemacetan Jakarta yang sering bikin stress.


No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!