Daftar Isi

Friday, October 18, 2013

PSK Remaja dari Sebuah SMK Slawi Tercinta

“Klung,”.Ponsel Blackberry saya tiba-tiba berbunyi, saat kepala saya sedang berkerut mengikuti rapat redaksi. Kala itu sekitar pukul 13.00 WIB waktu Jakarta. Ponsel segera saya buka. Ada invite masuk dari sebuah nama, yang tidak saya kenal. Karena saya biasa menerima undangan dari orang-orang baru, segera saja undangan itu saya terima. Tak lama, muncul profil picture seorang gadis remaja lumayan cantik. Satu hal yang segera menyedot perhatian saya, fotonya yang sangat seksi. Memakai celana pendek dan tank top hitam, ia sedang duduk di sebuah kursi.

“Siapa nih?”tanya saya.
“Saya kak. Dari Tegal”jawabnya.
“Kok tahu PIN BB saya dari mana?”saya coba korek.
“Ada teman yang ngasih?”
“Hmm...Teman?Saya memang pernah di SMA 1 Slawi?Ada yang kenal teman saya di Slawi?”saya masih penasaran.

Tapi perempuan remaja itu, saya sebut saja Mella, tidak mau membuka siapa yang memberi akses ke saya. Ia bahkan sempat bercanda, jika dirinya adalah seorang model majalah dewasa. Saya kembali tanya, model majalah apa?Soalnya saya sering sekali mendapat permintaan iseng dari anak-anak SMA, yang ingin menembus persaingan ketat dunia hiburan Jakarta. Entah jadi model atau pemain sinetron.

“Maksudmu, kamu ingin ke Jakarta?Jadi model majalah gitu,”cecar saya.
“Pantas nggak ya kak?Soalnya saya nggak pede,”
“Wah, kalau nggak pede ya jangan. Oh, ya kamu tinggal di Tegal apa Slawi?Masih kelas berapa?”

Mella lantas mengaku tinggal di Slawi. Ia masih sekolah di sebuah SMK, yang letaknya tak jauh dari SMA 1 Slawi. Saat Mella menyebut nama lokasi-lokasi itu, saya langsung paham ia memang berasal dari sana. Perbincangan di sela-sela rapat itu akhirnya berakhir, setelah saya mohon diri karena harus bergegas mengikuti satu acara. Foto Mella dengan busana seksinya, resmi bertengger di BB saya.
###
Saya kaget, ketika hari-hari berikutnya, Mella memasang status yang sering mengumbar kemarahan. Tak jarang, ia memaki ibunya, bahkan tak segan-segan mengusung kata anj#ng atau bab#. Tentu saja saya penasaran. Bagaimana mungkin seorang perempuan remaja, masih duduk di bangku SMK pula, sudah sedemikian benci pada orang tua. Awalnya, Mella tak mau berterus terang. Pelan-pelan, saya mencoba memposisikan diri sebagai teman. Bukan kakak apalagi orang tua yang sok menasehati. Saya tanya pakai bahasa gaul.

“Ngapain marah-marah lo?Pake ngata-ngatain ortu lagi,”
“Gw kesel kak. Gara-gara mama, hidup gw jadi berantakan,”jawabnya.

Ah!Barangkali ini problem biasa anak-anak bau kencur. Maksud saya, anak-anak yang masih labil seperti Mella. Serba nanggung. Dibilang sapu tangan kegedean, disebut taplak kekecilan. Tapi ini, Mella akhirnya cerita kondisi sebenarnya. Ia mengaku dipaksa melepas pacar satu kelasnya, dan dijodohkan dengan pria dewasa yang sudah mapan secara ekonomi.  Padahal ia sudah menyerahkan keperawanannya pada sang pacar. Semua dilakukan sang mama, yang menurut Mella, hanya karena faktor materi. Saat Mella menghubungi saya, rencana pernikahan bahkan sudah dibahas, yaitu akhir Juni 2013.

“Rasanya saya ingin mati saja. Saya nggak cinta sama laki-laki tua itu,”keluh Mella.

Calon suaminya sebetulnya tidak tua-tua banget. Karena kata Mella, usianya baru 36 tahun. Ia bekerja di sebuah show room mobil sekaligus jadi debt collector. Tapi sikapnya yang keras dan pencemburulah, yang membuat Mella tertekan. Ia pernah cerita, satu ketika pernah mencoba bertemu dengan sang mantan pacar. Rupanya, kencan itu ketahuan si calon suami. Tanpa ampun, mantan pacar Mella dihadiahi bogem mentah, sampai harus di rawat di rumah sakit.

“Kenapa kamu nggak lapor ke polisi?”kata saya.
“Nggak kak. Saya takut. Nanti dibunuh,”alasan Mella.
“Terus, kenapa calon suamimu posesif begitu?Emang sejauh mana dia udah tahu hubunganmu dengan mantan pacarmu?”
“Dia tahu saya sudah nggak perawan,”jujur Mella.”Soalnya kami sudah sering berhubungan badan,”lanjutnya.

Ah!Aneh juga nih,pikir saya. Merasa nggak cinta, tapi mau saja dia melayani calon suaminya. Karena penasaran, saya coba korek latar belakang keluarganya. Mella mengaku orang tuanya menikah beda agama.Beda etnis juga. Di rumah, semua berjalan sesuai keyakinan masing-masing. Ia sendiri jadi bingung. Ujung-ujungnya, nilai-nilai agama tak pernah dikenalnya sejak kecil. 

Merokok dan minum minuman keras mulai disentuhnya bahkan ketika duduk dibangku SMP. Inilah dua benda yang kerap menemaninya, ketika tekanan batin mulai muncul. Stres melanda. Bisa ditebak, untuk memenuhi gaya hidup seperti ini, Mella butuh banyak biaya. Ia lantas kerap mengunjungi tempat-tempat hiburan malam. Saya sendiri tak tahu, di mana tempat hiburan malam di Slawi. Maklumlah. Dulu saya mainnya paling banter di Pasar Trayeman.
###
“Kak, saya lagi di Yogya nih?Kakak punya teman nggak yang bisa ngeboking saya. Mau pulang nggak ada biaya,”satu ketika, ia mengirim BBM itu ke saya.

Aduh, aneh-aneh saja Mella. Dia pikir saya berteman dengan kaum begajulan kali ya?Tapi saya mafhum. Orang kalau lagi kepepet, siapa saja akan dihubungi. Saya terangkan, jika saya tak bisa membantu.Ia bisa mengerti. Ini terjadi beberapa bulan, sebelum hari H pernikahan tiba. Tapi minggu-minggu sebelumnya, Mella memang bercerita apa adanya, soal aktifitas seksualnya.

Semua bermula saat saya bertanya, bagaimana ia menopang semua kebutuhan hidup, ketika harus menenggak Jack Daniel atau rokok yang diisapnya. Tahu sendiri harga miras merk-merk terkenal,kebetulan saya pernah melongoknya di hotel kala berkunjung ke Nusa Tenggara Timur, bisa ratusan ribu bahkan jutaan.

“Saya dapat dari om-om,”katanya.

Cerita ini awalnya mengejutkan saya. Tapi beruntung, saya mengadopsi ilmunya mantan Presiden Soeharto; ojo kagetan,ojo gumunan, lan ojo dumeh (jiaaaah,hahaha). Jadi, saya tekan dalam-dalam rasa kaget saya. Naluri wartawan saya lantas bergerak. Apakah dia menjual diri?Bagaimana caranya?Apa di Slawi ada om-om yang mau memelihara anak SMK, seperti halnya di Jakarta?

“Saya pernah dikontrak selama 6 bulan oleh dua om,kak. Sebulan dikasih 1,5 juta. Jadi sebulan dapat 3 juta. Mereka mengaku puas dengan layanan saya,”kata Mella.
“Lantas pacar atau calon suamimu tahu?”
“Ya, enggaklah....”
“Wah, bagaimana kamu bisa tidak hamil?”
“Pakai tisu. Karena kalau pakai sarung, si om nggak mau,”

Tisu apa, saya kurang mengerti. Di sisi lain, duit tiga juta, di Slawi pula, tentu sangat besar. Apakah faktor ekonomi semata yang jadi pertimbangan Mella menjadi PSK?Atau sebutlah pekcun, tlembuk atau apalah?Mella menjawab polos, begitulah cara dia melepas penat problem keluarga. Tapi ia juga mengakui, ingin mencicipi punya iPhone, BB, dan laptop. Juga baju-baju bagus. Sesuatu yang tidak bisa didapat dari orang tuanya. Saat kontraknya dengan om-om itu berakhir, dia memilih freelance. Tarifnya Rp 300 ribu short time. Kalau ingin diajak pergi lebih lama, bisa dibicarakan. Mendengar ini, miris rasanya hati saya.
###
Rencana itu akhirnya gagal. Awalnya, Mella ingin kisah hidupnya saya tulis. Menarik tentu saja. Saya sudah memberi solusi, semua catatan hariannya kirim saja ke email saya. Siapa tahu ada penerbit yang tertarik. Kalau dapat royalti, bisa dibagi dua. Mella tak perlu lagi melacur, untuk mendapatkan uang. Tapi ia mengaku laptopnya sedang rusak. Ia sedang menulis ulang semua yang dilakukannya di atas kertas. Waduh, saya sempat bingung. Berapa lama dia bakal menulis catatan yang sudah dikumpulkannya berbulan-bulan. Ia sempat memberi rincian sedikit lewat BBM. Tapi itu tak cukup.

“Kakak ambil saja nanti, kalau misalnya pulang ke Tegal. Saya lagi nulis di buku,”

Nah, inilah masalahnya. Saya tak pernah punya waktu untuk pulang. Bukan sok sibuk. Sebagai kuli panggul, hidup saya tidak bebas. Selalu saja disuruh ini itu sama majikan. Padahal Mella sudah begitu semangat. Ia bahkan sudah menentukan sebuah resto di Slawi Wetan.

Sebulan sebelum menikah, ia sempat menonaktifkan BB-nya. Ia menulis status, agar siapapun jangan menghubunginya dulu. Calon suaminya tahu dan marah-marah. Semakin mendekati hari pernikahan, BB-nya tetap tak aktif. Saya ping cuma ada tanda silang. Pernah ia aktifkan kembali. Rupanya saat itu ia hanya ingin mengeluh. Ia bilang lebih mencintai sang ayah, diantara saudara-saudaranya yang tidak mau mengerti perasaannya. Setelah itu, kontak saya di delcon. 

Saya telusur di recent update. Tak ada nama Mella lagi. Tak pernah muncul. Tak terlihat lagi ia memasang profil picture berganti-ganti, dengan pakaian seksi, dan kadang-kadang seronok. Saya juga tak tahu persis alamat rumahnya, karena memang tak coba bertanya. Tapi, saya berharap, suaminya bisa membuatnya bahagia. Tentu dengan caranya sendiri.Semoga...

5 comments:

  1. tetapi yang jelas:
    1. sejak kecil tidak dikenalkan dengan agama (apalagi ortunya beda agama) knapa gitu yah.
    2. setelah besar,menikah dengan calon suami yang usianya beda jauh.
    3. broken home
    4. selagi masih hidup jangan putus asa, tetap berjuang untuk merubah diri dan menjadi manusia/insan yang baik dan normal, tentu dengan bertobat terlebih dahulu.
    5. jangan mengulang masa lalu..
    6. trims


    articleplong.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Bisans nt ora crita nang handi siih jon

    ReplyDelete
  3. Mas bro....mengko adong nduwe pin bbm'e mella nyong njaluk ya anggo aban2 HP..hahaha. nyong penasaran slawi jebule akeh tlembuk ( apa alumni tlembuk gopek yah..hehehe) arep studi tour malam ning slawi..hahaha karo moci
    http://
    www.edy-78.blogspot.com

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan anda!