Daftar Isi

Wednesday, February 27, 2013

Semua tentang Oshin


Saat TVRI masih jadi televisi satu-satunya di Indonesia, serial drama Oshin menjadi salah satu mata acara favorit. Kala itu, sekitar tahun 1983, Oshin hadir dan berhasil mengharu biru pemirsa perempuan. Ingatan masa lalu ini bahkan terus terpatri di generasi 1980-an, dan saban kali nama Oshin disebut, lesatan adegan Oshin dengan segala suka dukanya kembali hadir di benak.

Mungkin tahu jika serial ini telah melegenda, produser serial ini mengumumkan rencana untuk mengadaptasi cerita drama itu menjadi film. Ini kabar menarik. Apalagi proyek itu digarap bertepatan dengan perayaan 30 tahun tayangan drama televisi NHK tersebut. Dalam konferensi pers di Tokyo, Selasa (5/2)lalu, produser juga mengumumkan bahwa aktris Aya Ueto dan Goro Inagaki, salah satu anggota grup idola Jepang terkenal SMAP  masuk dalam daftar pemainnya!

Lewat Audisi Ketat
Pembuatan film Oshin memang segera menyita perhatian publik. Tak urung, banyak bintang-bintang Jepang yang juga berminat ikut terlibat.  Usai audisi ketat, Ueto dan Anagaki rencananya akan berperan  menjadi orang tua Oshin.  Untuk pengambilan gambarnya akan dilakukan di Perfektur Yamagata, tempat syuting serial drama Oshin.

Peran Oshin kecil dalam film yang rencananya dirilis bulan Oktober  2013 itu jatuh ke tangan model Kokone Hamata, 8 tahun. Perjuangan Kokone untuk mendapatkan peran ini juga lumayan berat. Ia terpilih dalam audisi yang diikuti 2.471 anak perempuan.”Rasanya senang bisa terlibat dalam serial teve yang sudah melegenda,”kata Kokone usai konferensi pers.

Versi drama NHK tersebut, naskahnya ditulis Sugako Hashida dan dibintangi oleh Ayako Kobayashi, Hiroko Tanaka, dan Nobuko Otowa. Sang penulis cerita berharap agar para penonton masa itu bisa memahami semangat Oshin.”Dulu majikan berlaku sangat keras terhadap pelayan mereka. Saya berharap korban pembulian saat ini bisa melihat jiwa Oshin yang tangguh saat menghadapi cobaan,”kata Sugako Hashida.

Drama seri Oshin berhasil mencatat rating penonton tertinggi yaitu 60 persen. Oshin juga berhasil ditayangkan di luar negeri dan mendapat pengakuan untuk penggambaran simbolis dari wanita Jepang. Tim yang terlibat dalam pembuatan film Remake ini adalah tim yang sama dengan yang membuat film-film seperti Okuribito. Mereka memiliki pandangan untuk film Oshin bisa meraih pencapaian tertinggi yaitu Academy Awards.

Serial Oshin bercerita tentang kehidupan Oshin Tanokura  dalam era Meiji  hingga awal 1980-an.Ia dipanggil Oshin dan harus bekerja keras dari kecil sampai dewasa. Berkat keuletannya, Oshin akhirnya menjadi pemilik waralaba toko swalayan yang kaya. Serial yang terdiri atas 297 episode dengan durasi masing-masing episode 15 menit itu ditayangkan di Jepang pada 4 April 1983 sampai 31 maret 1984.

Di Indonesia, serial ini ditayangkan TVRI pada pukul 17.30 mulai bulan November 1986 sampai tahun 1989. Kemudian ditayangkan ulang berkali-kali hingga tahun 2009. Oshin dianggap sebagai salah satu drama televisi Jepang terbaik. Saking menariknya, drama seri ini ditayangkan di 59 negara.

Sedic International, rumah produksi yang pernah memenangi Piala Oscar tahun 2008 lewat film “Okuribito” (departures), telah membeli lisensi untuk memproduksi film Oshin. Mereka akan mengumumkan detail filmnya paling lambat pada bulan Juli mendatang.

Dari Kisah Nyata
Serial ini bercerita tentang seorang gadis, Shin Tanokura atau Oshin yang dilahirkan di sebuah keluarga miskin. Atau mungkin lebih pas, sangat miskin. Dengan segala suka dan dukanya Oshin berjuang dari bawah sebelum kemudian dia mencapai kesuksesan.

Serial ini banyak mengajarkan nilai-nilai hidup yang positif. Hidup tidaklah sederhana.Hidup juga tidak selalu menyediakan jawaban atas  semua pertanyaan. Oshin harus menempuh jalan berliku-liku. Pada usia 7 tahun dia harus membanting tulang, menjadi seorang baby sitter untuk membantu keuangan keluarga. Dari sanalah segala penderitaannya dimulai.

Oshin,misalnya, pernah dituduh mencuri uang hingga ia kabur. Oshin yaris mati membeku di tengah hujan salju. Petualangan melodramaya masih berlanjut. Dia menjadi pelayan, bekerja di bar, juga menjadi pemotong rambut. Uniknya, Oshin merupakan adaptasi dari novel yang didasari pada kisah nyata Kazuo Wada, seorang pebisnis yang memiliki Yaohan, sebuah jaringan supermarket.

Karena menggunakan rentang waktu yang panjang maka Oshin diperankan oleh tiga orang. Ayako Kobayashi memerankan Oshin saat berumur 6 hingga 10 tahun, lalu Tanaka Yuko sebagai Oshin berumur 16-46 tahun dan Otowa Nobuko sebagai Oshin tua.

Seperti di Indonesia, rating Oshin juga tinggi di negara-negara lain khususnya Asia. Bahkan hingga kini tiap kali Ayako Kobayashi berkunjung ke negara-negara Asia, dia masih mendapat sambutan hangat  Di Vietnam, istilah Oshin sebagai eufimisme bagi para pekerja domestik. Mungkin seperti pramuwisma di Indonesia.

Sebelumnya,Oshin sempat menimbulkan polemik bagi masyarakat Jepang. Yakni, ketika negara Matahari terbit tersebut sedang giat-giatnya mengintroduksikan perkembangan teknologinya ke seluruh penjuru dunia. Dikhawatirkan kehadiran Oshin adalah sebuah iklan yang buruk. Hal ini karena di serial ini juga terungkap sisi-sisi lain Jepang yang apa adanya.

Namun yang terjadi kemudian  justru sebuah apresiasi yang luar biasa dari dunia luar. Sebab, ternyata diantara ekspansi teknologi Jepang, masih dijumpai gadis berkimono, upacara minum teh, tatami, atau salju yang turun di pucuk-pucuk Sakura. Artinya, Jepang ternyata bisa menjadi negara maju dengan tetap berpijak pada tradisi luhur peninggalan nenek moyangnya. Kemajuan teknologi ternyata bisa bersanding dengan budaya bangsa.

Penyakit Konsumerisme
Oshin menggambarkan seorang perempuan Jepang yang ulet, tangguh dan hemat. Memang, nilai-nilai itu tak menggamarkan kondisi perempuab Jepang pada umumnya, khususnya di tahun 1980-an. Ada yang mengkritik, gadis lugu sederhana seperti Oshin hanya dijumpai di dalam kotak ajaib bernama televisi. Sebab menurut sejumlahh survey,pada saat film ini dirilis, justru ditemukan fakta bahwa masyarakat Jepang mulai dijangkiti penyakit yang ditularkan dari Baratn, yakni produk kapitalis bernama konsumerisme.

Sebuah survey sebuah bank misalnya. Pengantin baru di Jepang rata-rata menghabiskan sekitar 100 juta, mulai dari pesta perkawinan, bulan madu sampai pembelian tetek bengek perabotan rumah tangga. Sementara orang tua di Jepang tak segan-segan  mengeluarkan Rp 12 juta untuk membeli sehelai kimono bagi anak gadisnya. Pembelian ini dianggap layak,hanya karena anak tetangga sudah lebih dulu membeli kimono yang semahal itu.

Dalam beberapa hal, lagak dan laku orang Jepang dalam dekade 80-an akhir tak beda dari perilaku orang Arab yang kaya mendadak 10 tahun silam. Mereka tak terbelalak lagi melihat tas golf seharga Rp 3,5 juta, atau sebotol wiski yang harganya Rp 125 ribu. Bahkan mobil-mobil mahal dari jerman, seperti BMW 501, sudah mulai diinden di Jepang dengan harga lebih dari Rp 170 juta. Jangan lupa, harga-harga itu adalah di tahun 1980-an.

Idealisme sosok Oshin, faktanya tetap menarik untuk bahan kajian. Terutama soal bagaimana Oshin melempar tema tentang upayanya mengangkat harkat wanita. Maklum, tradisi di negara Jepang selama berabad-abad menempatkan wanita hanya sekedar ‘pelengkap’ dalam dunia yang didominasi oleh kaum berotot; pria.

Atau meminjam istilah dikampung kita;’kanca wingking’. Wanita hanya menjadi pelayan dan lebih ekstrim  lagi hanya penghibur, seperti yang tampil dalam sosok geisha.  Sosok Oshin menggambarkan wanita yang pantang menyerah dalam mengarunhgi hidup yang penuh tantangan, untuk kemudian dia berhasil menjadi pemenang.

Di sisi lain, meski menguras air mata, Oshin tak bisa dikatakan cengeng, laiknya lagu-lagu kita di era yang sama. Cengeng dalam arti hanya membuat kita larut dan haru yang berlarat-larat.Oshin boleh jadi membuat banyak orang diam-diam terisak. Tapi, sepanjang penderitaannya, Oshin tak pernah mengambil kesempatan untuk membalas dendam.

Sempat Bangkrut
Moral cerita ini bisa kita teladani. Di salah satu episode Oshin kecil, ia menyelamatkan kayo yang sebelumnya selalu berupaya mengancam dan menyusahkan Oshin. Juga keteguhan Oshin saat ditinggal Ryuzo (dalam dua fase, yaitu saat Ryuzo depresi karena bisnisnya yang kolaps dan saat Ryuzo mati bunuh diri). Oshin juga dipuji karena ketegarannya mencari nafkah untuk keluarganya.

Oshin mengajarkan hikmah hidup yang lurus, kemandirian, tekad kuat, dan tentu saja feminism tanpa perlu menjadi radikal. Kisah Oshin adalah kisah tentang perempuan mandiri dan kuat yang tak ada matinya. Inilah kekuatan cerita Oshin, yang membuatnya menjadi legenda. Sayang, keberhasilan Oshin tak membuat Kazuo Wada, sang sumber cerita bisa terus sukses.

Pendiri Yohan supermarket ini memang sempat menanjak. Di tahun 90-an Yohan mencapai puncak dengan 450 outlet di 16 negara. Tanpa alasan jelas, Yohan bangkrut dan harus dijual. Kebangkrutan Yohan merupakan kebangkrutan terbesar dalam dunia bisnis ritel Jepang pasca perang.

Fakta-fakta menarik berikut mungkin bisa menjadi sedikit gambaran, bagaimana serial Oshin telah “menjajah” banyak negara, dengan berbagai rupa warna.

1.Awalnya Oshin tayang tanpa iklan. Namun setelah popularitasnya menjulang, Oshin difilm kartunkan, dibonekakan, dijadikan souvenir, diteaterkan, dibikin lagi dan sebagainya. Pokoknya, apapun yang bisa jadi uang, Oshin coba di create.

2.Di Iran, konon, saat seorang muslimah ditanya oleh seorang reporter radio. “Menurut anda siapa simbol keperempuanan Islam?”. “Oshin” jawabnya. Jawaban ini mengejutkan pemimpin Iran Ayatullah Khomeini yang langsung memerintahkan penangkapan 4 orang dari stasiun TV yang menyiarkan Oshin.

3.Serial Oshin menginspirasi tayangan sejenis berjudul Rin dan ditayangkan di TVRI. Serial ini merupakan kisah Rin Tachibana wartawati pertama Jepang.

4.Mantan  Presiden Megawati menjadikan Oshin sebagai salah satu pokok pembicaraan (rumpian) dengan perdana menteri Jepang Junichiro Kouzumi saat PM Jepang itu menjamu para pemimpin Asean. Saat itu Ayako Kobayashi juga menjadi salah satu penjemput tamu.    

5. Cara menggendong bayi kala serial ini tayang, menjadi trend di Indonesia. Waktu itu, cara tersebut di namakan cara Oshin. Padahal sebelumnya, cara ini disebut sebagai cara Jawa. Entahlah setelah film layar lebarnya tayang. Apakah Oshin masih tetap akan digambarkan menggendong bayi seperti di drama serialnya?Kita tunggu saja.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!