Daftar Isi

Sunday, October 28, 2012

Misteri Harta Karun di Tepi Situ Cileunca

Situ Cileunca di sore hari
Nama laki-laki itu Asep Jabog. Umurnya 56 tahun. Saat menyebut namanya, beliau mengusap janggut peraknya yang menjuntai lebat. Saya tak tahu apa arti jabog dalam Bahasa Sunda. Tapi dengan janggut dan mata kecil yang memancar tajam, sosok Asep Jabog terlihat sangat misterius, saat saya temui di tepian Situ (danau) Cileunca, Pangalengan, Bandung, awal Oktober 2012 lalu. Kala itu, hari sudah mulai menjelang senja.

Saya sendiri bertemu tak sengaja. Pak Asep terdengar sedang berbincang-bincang dengan seseorang, waktu saya mendatangi kebun strawberry-nya. Naluri jurnalis saya langsung terpantik, untuk bertanya lebih lanjut soal kebun yang banyak dikunjungi wisatawan Situ Cileunca.  Saya dekati beliau, dan mengalirlah cerita-cerita lain yang menarik, seputar kawasan Situ Cileunca.

Tak ada yang mengira, jika Pak Asep adalah juru kunci tempat itu. Pakaian lusuh dan kaki dekil, seolah tak menggambarkan wibawa seorang juru kunci tempat keramat, yang biasanya memakai busana rapi dan bersih. Dandanan Pak Asep lebih mewakili profesinya sebagai petani, bahkan parasnya lebih mirip dukun, yang biasa muncul di sinetron-sinetron misteri kita. Tapi mungkin ada baiknya kita dengar pengakuan Pak Asep.

“Kalau pagi sampai sore saya memang menunggui kebun. Tapi kalau malam, biasanya ada yang mau datang ke makam Mahesti. Jadi saya antar mereka ke makam. Jangan disebut juru kuncilah…sebut saja satpam,hehe,”kata Pak Asep merendah.

Cerita dari “dimensi lain” inilah yang kemudian menyita saya, Mia (anak Pos Kota) dan seorang lagi dari Gatra.com, untuk mengerubungi Pak Asep. Kata Pak Asep, tak jauh dari kebun miliknya, terbaring tenang jasad Mahesti, mandor yang juga orang sakti suruhan Belanda, saat Situ Cileunca mulai dibangun. Ketika Mahesti meninggal, jasadnya kemudian dimakamkan di sisi makam istrinya.

Laiknya makam orang sakti, banyak pihak lantas mendatanginya, dengan berbagai macam keperluan. Mereka berasal dari rakyat biasa, jenderal, sampai pernah Bung Karno yang sudah wafat pun muncul di makam Mahesti. Pak Asep membahasakannya sebagai mantan presiden. Saya bertanya karena penasaran.”Maksudnya Gus Dur gitu pak?”. Semua sudah mafhum, Gus Dur suka mendatangi makam-makam keramat.
Berdayung di tengah Situ

Bagi orang yang berfikir rasional, cerita Pak Asep soal Bung Karno tentu saja seperti mengada-ngada. Tapi namanya wilayah supranatural, saya yakin dan percaya saja. Sama seperti yakin dan percayanya, ketika melihat jarum jam dan paku bermunculan dari tubuh, atau kawat yang keluar dari perut, seperti banyak diberitakan media massa.

Tutur Pak Asep, Bung Karno bisa malih rupa. Ketika naik angkot, wajahnya terlihat seperti orang biasa. Tapi begitu sudah di makam Mahesti, wujudnya berubah menjadi Bung Karno. Dari Bung Karno inilah, terlontar informasi rahasia, jika di sekitar Situ Cileunca terkubur emas dalam peti dengan berat berton-ton. Begitu juga lembaran uang zaman Belanda, yang tak ternilai harganya.

“Tapi sampai sekarang belum ada yang bisa mengambil,”ujar Pak Asep.

Karena penasaran, saya dan Mia minta diantar ke makam. Pak Asep dengan senang hati mengantar. Anak Gatra memilih mundur, karena lebih tertarik melihat-lihat kebun strawberry. Kami melewati kebun tomat yang luas, di tengah udara senja yang mulai dingin. Lewat jalan kecil berliku, kami sampai di makam sederhana. Suasananya sepi dan ngelangut. Jauh dari pemukiman penduduk, dan tak ada suara apapun. Pesona mistis segera menyergap. Apalagi Pak Asep menyuruh kami membaca syahadat, sebelum masuk ke bangunan makam.

“Ashaduallahilahaillalloh…waashaduanamuhammadarosululloh,”saya berujar pelan.

Apa yang terlihat? Dua buah makam dengan nisan batu lancip dan plester sederhana. Pak Asep segera menyapu. Mia duduk bersimpuh sambil mulutnya komat-kamit. Setelah melihat-lihat, kami keluar dan diantar ke tepi Situ. Sepanjang jalan, Pak Asep kembali bercerita. Keberadaan harta karun itu tak banyak yang mengetahui. Peziarah yang datang mayoritas hanya ingin cita-citanya terkabul; entah jabatan tertentu, proyek-proyek pemerintah atau maju di arena pilkada.  Namun puluhan tahun menjadi juru kunci, Pak Asep tak pernah memasang tarif saat mengantar para penziarah berkunjung ke makam Mahesti.

“Syaratnya cuma satu, kalau sudah terkabul keinginannya, hendaknya jangan lupa pada sesama. Sedekah yang rajin. Itu saja. Nggak usah datang lagi ke sini. Saya dikasih kopi sama gula saja sudah cukup,”ujar Pak Asep.

Makam Mahesti
Uniknya, mereka yang punya hajat tak cukup hanya sehari menyambangi Makam Mahesti. Kadang bisa memakan waktu 6 bulan, sekedar untuk ngobrol di tepi Situ Cileunca. Tak ada kegiatan lain, hanya mengobrol, beribadah, dan duduk tenang di tepi Situ. Konon dengan cara demikian, pikiran yang gundah pun menjadi adem. Jangan pula kaget, jika tiba-tiba ada “orang” asing yang menemani kita ngobrol.

Soal harta karun, Pak Asep tak tahu akan sampai kapan itu terpendam. Sejauh ini, dirinya juga tak pernah memberitahu pada orang lain. “Suatu saat pasti ada yang bisa mengambil,”ujarnya, pelan.

Ketika matahari mulai masuk ke peraduan, saya dan teman-teman bergegas naik perahu, meninggalkan Pak Asep yang berdiri di sisi Situ Cileunca. Di atas perahu, banyak yang penasaran terhadap yang saya lakukan. Saya cerita apa adanya, soal makam Mahesti. Malamnya, sebelum berangkat tidur, pihak Trans TV yang mengundang para wartawan  termasuk saya mengundi doorprize. Percaya nggak percaya, yang dapat saya, Mia dan anak Gatra.

Saya dapat blackberry, Mia ponsel Samsung dan anak Gatra menggondol laptop Compaq 14 inci. Kenyataan ini kami obrolin menjelang sarapan pagi dan banyak teman yang buru-buru tertarik ingin ke makam Mahesti.Tapi, acara pagi itu sangat padat, diantaranya harus menjajal rafting dan paintball. Hingga sorenya, kami harus segera beranjak ke Jakarta. Meninggalkan Pak Asep, makam Mahesti, dan kecantikan Situ Cileunca, yang sempat dijuluki Swiss-nya Indonesia, karena panoramanya yang mempesona…

Saturday, October 27, 2012

pengemis kecil di tepi Taman Serua

Sabtu (26/10) sore, sehari setelah Hari Raya Idul Qur’ban, saya diminta istri untuk membeli sebutir kelapa. Kebetulan dari rumah sakit tempatnya bekerja, ada beberapa potong daging kambing yang akan kami bikin gulai. Sembari jalan pulang kantor, saya mampir di sebuah warung dekat perumahan Taman Serua, memesan sebutir kelapa yang sudah diparut. Harganya  5 ribu rupiah. Saya bawa uang Rp 10 ribu dan dikembalikan Rp 5 ribu.

Hal yang mengejutkan, ketika saya bersiap-siap hendak pulang, seorang anak kecil sepantaran anak saya (4,5 tahun) segera menyambangi. Dengan suara lemah, dia meminta uang. Awalnya saya agak acuh. Maklumlah. Sudah terlalu bebal mata ini melihat anak kecil mengemis di jalanan Jakarta. Tapi, ketika saya menyadari bahwa ini di Pondok Petir, rasa empati saya segera saya bangkitkan. Spontan saya buka dialog.

“Kenapa minta duit?”tanya saya.
“Di suruh emak,”ujarnya pendek.
“Emakmu tidak kerja?”
Tanpa ragu ia menjawab,“Tidak bang. Katanya utangnya banyak,”.
“Kamu tinggal di mana?”cecar saya.
“Tinggal di kontrakan belakang,”jawabnya, cepat.
“Bapak ke mana?”
“Bapak kerja di Cipayung. Tapi sampai sekarang nggak pulang pulang,”

Saya langsung berfikir, anak ini tidak berbohong. Bukan karena secara psikologis anak balita memang susah diajak berbohong. Bukan. Tapi dari sorot mata dan jawabannya yang cepat, dia memang mengalami kondisi seperti yang diucapkannya. Jika pun benar ia bertindak karena disuruh emaknya, boleh jadi emaknya sudah dalam taraf keputusasaan yang amat sangat, hingga harus menggadaikan harga diri anaknya untuk sekedar mencari sesuap nasi.

Saya tidak ingin menyalahkan ayahnya, yang tanpa disalahkan pun ia sudah salah. Namun melihat realitas ini, saya jadi teringat klasifikasi ekonomi model Mbah Jambrong, yang membagi strata ekonomi menjadi 4 peringkat. Pertama, mereka yang bangun pagi dan berkata,”Apakah hari ini saya bisa makan?”. Kedua, mereka yang sambil leyeh-leyeh lantas berguman,”Hari ini kita makan apa ya?”. Dan ketiga, mereka yang mengendarai mobil bertelepon ria sambil berujar,”Hari ini kita makan di mana sob?”.Strata tertinggi, yaitu keempat, mereka yang sambil tertawa-tawa bilang,”Hari ini kita makan siapa boss?”.

Okelah, usah pikir pemeringkatan itu, karena itu hanya joke, untuk menggambarkan beginilah hasil pembangunan ekonomi model Orde Baru, yang mengandalkan trickle down effect. Faktanya, untuk mendapatkan “tetesan” kue ekonomi yang tersedia, prasyarat skill mutlak diperlukan, dan itu hanya bisa diraih lewat sekolah formal. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana nasib pengemis balita itu, jika untuk makan sehari-hari saja susah. Mungkinkah dia mendapat pendidikan yang layak, agar bisa mengubah status sosialnya  dalam waktu singkat?

Pertanyaan berikutnya, berapa banyak pengemis-pengemis balita, yang terpaksa harus kehilangan masa kanak-kanaknya, akibat kesulitan ekonomi yang menjerat leher orang tuanya? Jawabannya barangkali pendek saja;bejibum. Lantas, berapa banyak orang-orang kaya, yang membelanjakan uangnya untuk hal sia-sia, dan hanya untuk memenuhi syahwat pribadi atau sekedar menaikan gengsi dan prestis di depan koleganya?Jawabannya juga lumayan simple;nggak kehitung.

Mungkin yang kelihatan hanya ketika ada kasus besar, macam Hakim yang ketangkap nyabu bareng cewek di tempat karaoke, setelah membuang uang jutaan rupiah untuk membeli narkoba dan booking pemandu. Sepanjang sekian tahun saya bergelut sebagai jurnalis, sekian puluh kali pula saya harus geleng-geleng kepala, melihat gaya hidup para pejabat dan pengusaha, yang sudah kelebihan uang di saku celananya.

Idul Qur’ban tahun ini, saya sungguh malu, ketika niat baik untuk memberikan uang kembalian pada pengemis balita itu sempat tertunda beberapa menit, akibat buruk sangka akut melihat para pengemis di Jakarta. Padahal beberapa jam sebelumnya, saya sempat membaca kisah Mak Yati, pemulung yang tiga tahun mengumpulkan uang untuk membeli dua kambing untuk dikorbankan. Sehari sebelumnya, emak di kampung bahkan sudah menegur, karena saya tidak mengirim kurban kambing di mushala desa.

Pada akhirnya, momentum Idul Qur’ban bukan semata untuk membangkitkan ghirah membeli domba dan sapi terbaik, sembari berharap nama kita disebut di depan khalayak ketika korban kita akan dipotong. Sisi ini terlalu dangkal untuk dicecap. Ada dimensi lain, yang sering kita lalai, tersebab kita terlalu lama berdiri di menara gading kehidupan. Tak perlu jauh-jauh melihatnya di pusat Jakarta. Kondisi ini bahkan sudah mendekat dan terjadi tak jauh dari Taman Serua.

Saya tidak tahu bagaimana jalan pemecahannya, karena saya bukan pakar ekonomi. Namun yang jelas, saat gulai masakan istri itu sudah matang, saya jadi teringat, apakah pengemis balita itu juga sedang merasakan berkah dari Idul Qur’ban?Ataukah ia justru masih menyusur-nyusur jalan, sekedar untuk mencari belas kasihan dari lain orang, untuk makan dan mungkin menutup utang emaknya?

Enak memang gulai olahan istri. Tapi dari dalam nurani yang amat tulus, saya bermimpi, seandainya dia bisa hadir, akan saya hidangkan semangkok gulai  agar ia bisa menyantapnya. Syukur-syukur bareng anak saya. Sayang, saya lupa bertanya di mana kontrakan emaknya. Saya memang terlalu kurang ajar mengabaikan begitu saja “ayat” Allah yang terlihat sepele, tapi sesungguhnya amat krusial untuk direnungkan. Andai saja mata batin saya cukup tajam….?Ah!


Friday, October 26, 2012

Legenda Panbers

Berita sedih itu sudah beredar sejak Juni 2010. Benny Panjaitan, vokalis Panbers jatuh sakit. Berita ini memang hanya muncul di kolom-kolom kecil media massa. Baru setelah Benny tak kunjung sembuh, dan didiagnosis mengidap stroke, para musisi lain mencoba berempati. Maklumlah. Biaya pengobatan Benny sudah menipis.

Tahun 2012 Benny dan sahabatnya menggelar konser amal. Acara penggalangan dana bertajuk Love for Benny Panjaitan di adakan di Hotel Sultan, Jakarta. Di acara ini, Benny juga melelang sejumlah barang pribadinya. Termasuk gitar kesayangannya yang menjadi saksi sejarah perjalanan kariernya. Dengan gitar tersebut, ia menciptakan lagu Air Cinta.

Benny, tentu saja bukan musisi sembarangan. Nama besar Panbers, tak lepas dari kontribusinya sebagai vokalis yang punya karakter. Dengan sikap kerasnya Benny juga banyak mewarnai arah jalan Panbers, hingga menjadi kelompok musik yang disegani. Maka saat Benny sakit, menjadi menarik untuk menengok kembali grup band Panbers, dengan segala sepak terjang dan cerita menarik di sekitarnya.

Awalnya Band Bocah
Kelahiran Panbers melewati proses yang panjang. Bermula dari kota Palembang tahun 60-an, lahir band bocah bernama Tumba Band. Nama ini diambil dari bahasa Batak yang artinya 'irama menari'. Band ini dimotori Benny Panjaitan bersama beberapa saudaranya. Karena tugas sebagai bankir, keluarga Panjaitan lantas pindah ke Surabaya pada 1966 dan aktivitas bermusik band bocah ini tetap berlanjut di kota Pahlawan itu sampai akhir 1969.

Dalam hal hobi musik anak-anaknya, JMM Panjaitan  yang juga dirut Bank Rakyat Indonesia (BRI) sejatinya kurang mendukung secara finansial. Panjaitan lebih suka jika anaknya menjadi dokter atau insinyur. ''Ayah agak diktator, tapi beliau akhirnya memberikan dorongan. Kalau mau hidup dengan musik, kalian harus bisa mencari uang sendiri dari musik, karena ayah tahu bahwa musik itu menjanjikan,'' kenang Benny tentang sosok ayahnya.

Nama Panbers sendiri diputuskan lewat proses diskusi seru. Pada awalnya mereka sempat ragu menggunakan nama tersebut yang seperti kebarat-baratan. Karena pengaruh dan desakan sanak famili, mereka mengadopsi dari grup band yang menggunakan 'S' di belakang namanya, seumpama Kus Brothers, The Beatles, The Rolling Stones, dan The Bee Gees. ''Maka lahirlah Panbers, artinya kakak-beradik keluarga Panjaitan,'' ungkap Benny.

Dengan mengibarkan bendera Panbers, mereka merintis karier di ibukota.Mulai dari mengisi acara-acara hiburan di pesta sekolah dan pesta anak muda yang kala itu dikenal dengan 'pesta dayak'. Dengan modal tekad yang bulat serta perjuangan yang gigih mereka mencoba mencipta lagu dan membawakannya di pesta-pesta masa itu.

Kelompok ini kali pertama muncul di Istora Senayan tahun 1970. Mereka sudah membawakan lagunya sendiri. Saat itu, mereka mentas bareng dengan Koes Bersaudara dan D’lloyd . Usai dari situ, mereka juga kerap muncul di TVRI, satu-satunya siaran televisi yang ada di Indonesia era itu. Panbers membuat lagu sendiri, seperti “Bye-Bye”, “Jakarta City Sound”, “Akhir Cinta”, “Hanya Semusim Bunga” dan “Hanya Padamu”.

Sejak kemunculannya di TVRI pada 1972, Panbers mulai menerima penghargaan sebagai band yang cukup digandrungi. Tahun 1975, Panbers menerima piringan emas untuk lagu “Bebaskan” yang digemari di tahun 1974 sampai 1975 dalam Angket Musik Indonesia. Tahun 1976 menerima piala khusus dari Bank Tabungan Negara. Hampir setiap tahunnya, Panbers memperoleh Angket Musik Indonesia Puspen Hankam. Antara lain dengan lagu; “Terlambat Sudah”tahun 1976, “Perantau” tahun 1977, dan lagu “Merana” tahun 1978.

Darah daging Panbers memang di jalur musik. Ayahnya mengenalkan alat musik, walau niatnya untuk hiburan semata. Mereka punya gitar, drum dan keyboard. Mentas di sekolah-sekolah dan acara-acara perkawinan akhirnya menjadi biasa. Atau kadang kala, ada undangan dari perusahaan. Semua itu semakin mengasah kepiawaian kakak-adik itu bermain musik. Jika kemudian mereka menjadi grup yang mumpuni dan dikenal luas, semua hanya menunggu waktu!

Borong Alat Musik.
Tahun 1971, Panbers membeli seperangkat alat musik milik Dara Puspita. Kelompok ini baru tiba dari konsernya di Jerman dengan memboyong alat musik bermerek ‘Marchell’. Benny langsung tertarik membelinya. Harganya Rp 10 juta. Uang sebanyak itu sudah bisa beli banyak rumah di zaman itu. Tapi demi profesionalitas, Panbers nekad membelanjakannya untuk membeli alat musik.

Sekedar diketahui, Dara Puspita sendiri didirikan tahun 1964 di Surabaya, Jawa Timur. Semua personelnya perempuan. Mereka adalah  Titiek Adji Rachman (gitar melodi), Lies Soetisnowati Adji Rachman (bas), Susi Nander (drum), Ani Kusuma (gitar), dan Titiek Hamzah (vokalis). Kelompok ini akhirnya bubar pada tahun 1971 ketika berada di Belanda setelah tiga tahun menampaki konsernya ke negara-negara Eropa. Saat bubar itulah, alat musiknya dibeli Panbers.

Dengan alat musik baru itu, Panbers semakin sering tampil di TVRI. Ini membuat Digita Mimi “naksir” untuk memboyong Panbers ke dunia rekaman. Mimi adalah Manajer perusahaan piringan hitam berbendera Dimita Molding Industries. Dia juga yang melambungkan nama Koes Bersaudara, Dara Puspita, dan Rasela.

Studio Dimita berada di Jalan Bandengan Selatan, Jakarta Kota, tak jauh dari lintasan rel kereta api. Panbers punya kenangan sendiri dengan studio rekaman itu. Berhenti rekaman saat kereta melintas dan berburu binatang jangkrik saat rekaman malam, adalah diantaranya.

Saat rekaman album perdana Panbers di malam hari, suara jangkrik terdengar keras. Maklum saja, studio jaman dulu tidak dilengkapi fasilitas yang memadai. Semua sarana serba seadanya. Suara jangkrik, kadang ikut masuk ke dalam kaset. “Saya sampai ikutan cari jangkrik supaya nggak bunyi lagi,” tutur Benny. Kalau rekaman siang, pas ada kereta lewat, langsung berhenti nyanyi. Menunggu kereta melintas dulu.

Panbers tidak hanya rekaman di Dimita. Tahun 1974, PT Remaco akhirnya mengaet untuk merekamnya. Di sini, mereka membuat lagu-lagu natal. Tahun 1977, Panbers hijrah rekaman ke PT. Irama Tara dan tahun 1981 digaet oleh PT U.R Record. Dengan perjalanan karir setua itu, hampir 700 lagu telah diciptakan Panbers. Lagu andalan yang menjadi pamungkas pentas judulnya ‘Akhir Cinta’ dan ‘Gereja Tua’.

Jadi Band Pembuka
Lagu “Akhir Cinta” adalah lagu wajib Panbers, yang selalu menjadi penutup konser-konser mereka hingga kini. Lagu ini diciptakan Benny di kediaman keluarga Panjaitan di Hang Tuah, Jakarta Selatan. Tepatnya di hari Selasa, sore hari tahun 1970. Ini lagu pertama Panbers. Kata Benny, saat itu banyak cerita dari teman-temannya yang sedang putus cinta. Benny spontan terinpirasi untuk membuat lagu.

Dengan lagu “Akhir Cinta” inilah, Panbers menjadi band pembuka kelompok asal Inggris, Bee Gees,saat konser di Istora Senayan, Jakarta.  Konser berjalan lancar. Lagu “Akhir Cinta” dan grup Panbers semakin melegenda.   Gebrakan Panbers juga terlihat, saat tahun 2007 lagu berjudul ‘’Kami Cinta Perdamaian” yang diciptakan tahun 1971, akhirnya menjadi lagu favorit untuk membawakan obor perdamaian bersama kelompok relawan lainnya ke Italia dan Amerika.

Kelompok Panbers memang tak lagi murni berasal dari keluarga Panjaitan. Tahun 1995 kedukaan melanda keluarga Panbers. Hans meninggal dunia akibat serangan jantung. Posisi Hans digantikan Maxi Pandelaki yang memainkan Bas dan kemudian direkrut juga Hans Noya, gitar. Juga merekrut Hendri Lamiri untuk memainkan Biola. Ia mantan kelompok Arwana.

Maxi sudah mengenal Panbers sejak lama. Ia bertetangga dengan kelompok ini saat tinggal di kawasan Hang Tuah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Maxi kerap ikut main musik di rumah Panbers walaupun hanya sebagai additional player . Ia kali pertama ikut konser Panbers pada bulan Desember tahun 1979 di Manado, Sulawesi Utara. Satu hal yang membuat Panbers terus kompak adalah keterbukaan soal uang. Mereka saling mempercayai dan tidak terlalu memusingkan hal-hal kecil. Segala persoalan didiskusikan bersama.

Untuk semakin mengeratkan persaudaraan, keluarga Panbers juga tinggal  di sebuah komplek tersendiri. Warga sekitar menjuluki rumah yang terletak di Jalan Hamka, Ciledug, Tangerang itu rumah Panbers. Di atas tanah seluas satu hektare itu, ada tiga bangunan yang berdiri di sana. Rumah induk yang terletak di sebelah paling kanan ditinggali ibu Panjaitan bersaudara bersama anak-anak almarhum Hans. Sementara Benny menempati rumah di sebelah kiri, berdampingan dengan rumah Sido yang terletak di sudut kiri.

Tetap Eksis
Kelompok musik yang masih eksis ini sekarang terdiri dari Benny Panjaitan (vokal,gitar), Doan Panjaitan (vokal,kibor,bas), Asido Panjaitan (vokal,drum), Maxie Pandelaki (vokal,bas, kibor), Hans Noya (vokal,gitar) dan Hendry Lamiri (biola). Panbers menjadi salah satu band tertua, selain D’lloyd (1969), The Rythm Kings (1967), Bimbo (1967), AKA (1967), The Rollies (1967), Band 4 Nada (1966), The Mercys (1965), Koes Bersaudara (1960), dan The Tielman Brothers (1945).

Saat ini album-album Panbers masuk catatan sebagai album yang sukses besar dalam menembus pasaran pop Indonesia. Tak hanya itu, Panbers juga dikenal sebagai band penerobos lagu dangdut populer, seperti Nasib Cintaku dan Musafir. Lagu itu mampu menerobos segmen dangdut dan bersaing dengan lagu Begadang milik Rhoma Irama.

Selama berkarier puluhan tahun, Panbers sudah menghasilkan penghargaan tertinggi di bidang musik berupa, dua belas Golden Record dan satu Silver Record, serta puluhan trofi dan penghargaan lainnya. Mereka juga mempunyai pengalaman manggung di 350 kota besar-kecil dalam rangka real show. Bahkan, daerah terpencil di perbatasan Filipina-Manado maupun perbatasan Maluku Tenggara-Irian Jaya (Papua), Pedalaman Buntok (Kalteng), Tantena dan Luwuk dan beberapa negara, seperti Amerika, Jerusalem, Singapura, Malaysia dan Hong Kong sudah dikunjunginya.

Grup legendaris ini seakan mengukuhkan kelebihan Benny Panjaitan sebagai seorang komposer dengan seabrek gagasan dan rasa yang hebat. Hal ini sudah dibuktikannya dalam perjalanan album solo maupun duetnya bersama Indah Permatasari, Deddy Dores, Atiek CB, dan Band Tuna Netra yang di asuhnya. Tak cukup sampai di situ, Panbers juga unjuk gigi merilis album yang diberi titel Menuju Era Ke-4 plus; album seri kolektor yang betul-betul orisinal. Panbers memang fenomenal. Ariful Hakim/bbs

Idris Sardi Sang Maestro

Siapa yang tak kenal Idris Sardi? Selama ini, rekam jejak Idris memang banyak ditorehkan lewat beragam prestasi yang diraihnya. Langganan piala citra, senioritasnya sebagai musisi dan pengabdiannya yang total pada alat musik biola, membuat Idris menjadi panutan musisi-musisi muda sesudahnya. Idris adalah terbaik di bidangnya.

Magnet Idris inilah yang menarik Fadli Zon untuk menulisnya dalam sebuah buku. Usai berkutat selama hampir satu tahun, Selasa (23/10) malam di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, buku bertajuk  “Idris Sardi Perjalanan Maestro Biola Indonesia” diluncurkan. Inilah buku yang mengulas tuntas sepak terjang Idris di dunia hiburan Indonesia, dengan segala suka dan dukanya.

Sejak Usia 5 Tahun
Idris  lahir pada Selasa, 7 Juni 1938, di rumah sakit Budi Kemuliaan,Batavia (Jakarta).  Ia mewarisi darah seni dari kedua orang tuanya. Ayahnya, Mas Sardi, adalah pemusik yang bisa memainkan lagu klasik maupun jazz, serta menguasai berbagai alat musik, antara lain saksofon, clarinet dan piano. Mas Sardi tercatat sebagai illustrator musik pertama di Hindia Belanda tahun 1930-an. Sedangkan ibunya, Hadidjah, adalah pemain film terkenal pada era 1936.

Persentuhan Idris Sardi dengan biola berawal pada usia 5 tahun. Kala itu, Idris harus bangun pukul 05.00 untuk mendengar dan menyaksikan ayahnya memberi contoh tangga nada dan nada panjang. Pada usia 7 tahun, untuk mengenal nada-nada, Idris mendapat tambahan teori musik dan piano. Di usia 9 tahun, barulah Idris secara resmi memainkan biola.

Mas Sardi memang membimbing Idris berlatih dengan disiplin ilmu musik klasik dan disiplin waktu yang ketat.  Bisa dibilang, masa kanak-kanak Idris  Sardi jauh dari kata bahagia. Masa kecil seperti di lumpur becek, begitulah Idris sering menjuluki sendiri fase masa kecilnya yang berat. Aneh memang, keras dan tegasnya sang ayah hanya ditunjukan padanya seorang, tidak pada adik-adiknya.

Pada usia 10 tahun, Idris diterima sebagai mahasiswa luar biasa di Sekolah Musik Yogyakarta. Nikolai Varfolomeyev (pimpinan sekolah musik) sudah jatuh cinta padanya. Perjalanan Idris Sardi menimba ilmu di Yogyakarta terbentang dari akhir tahun 1949-1953. Selama di Yogyakarta, Idris tinggal di kampung Musikanan, di sebelah kanan Siti Hinggil, bagian dari halaman Keraton Yogyakarta.

Setiap hari Minggu pagi, Idris membuka siaran RRI Yogyakarta. Ia juga bermain di Orkes Simfoni Sekolah Musik Yogyakarta. Humoresque salah satu repertoar yang pernah ia mainkan di sana. Hingga pada 23 Oktober 1953, ayahnya meninggal dunia.Sebagai anak sulung, beban ekonomi keluarga berpindah ke pundaknya.

Sepeniggal sang ayah, jalan hidup Idris  segera berubah.  Yogyakarta dan mimpi sekolah di Konservatorium Eropa ditinggalkannya. Idris membuat lagu pertamanya Gundah Gulana yang mengalir begitu saja untuk mengenang kematian gurunya itu.

Kiprah Idris terus berlanjut. Pada usia 15 tahun, Idris menjadi concertmasters di Orkes Studio Djakarta (OSD) pimpinan Saipul Bahri.”Ketika itu Idris bukan hanya concertmaster termuda di Indonesia, melainkan juga di dunia,”kata Suka  Hardjana pengamat musik. Dua kali dalam seminggu, Idris ke Yayasan Pendidikan Musik (YPM) mendapatkan bimbingan  dari Hendriek Tordasi.

Membentuk Grup
Usai malang melintang sebagai pemain biola solo, pada 1962 Idris bersama Bing Slamet dan kawan-kawan membentuk grup band Eka Sapta.  Sebelumnya, Idris beralih dari memainkan musik klasik ke musik khas Nusantara.  Idris juga beralih dari dunia musik biola serius Jascha Heifetz ke komersialisasi Helmut Zacharias.

Dengan grup barunya, tak hanya muncul di acara-acara swasta, Eka Sapta juga pernah berkerja sama dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan Korps Komando Angkatan Laut (KKO). Program yang bertujuan untuk mendekatkan ABRI dengan rakyat itu dibungkus dalam format Malam Eka Sapta Non Stop Revenue di berbagai kota di Sumatera dan Jawa.  Tak lupa Idris juga dikirim Presiden Soekarno ke Irian Barat, menjalankan Misi Kesenian Trikora III selama satu bulan.

Idris sempat menderita penyakit maag kronis. Ia lantas tinggal bersama keluarga pejuang, Mr. Achmad Soebardjo. Idris mendapatkan sentuhan kasih sayang. Idris kemudian menikah dengan Zerlita. Mereka mempunyai tiga anak; Santi Sardi, Lukman Sardi dan Ajeng Sardi.

Di dunia film, kiprah Idris juga lumayan kinclong. Idris Sardi menggarap musik film bermula pada 1953. Ia ikut sebagai pemain musik untuk film produksi Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) karya Usmar Ismail dengan illustrator musik Tjok Sisnu dan Saiful Bahri. Film lain yang digarap diantaranyya Tamu Agung (1955) dan Tiga Dara (1956).

Idris juga menjadi pemain musik berbagai  film produksi Persari (Persatuan Artis Indonesia) pimpinan Djamaluddin Malik, dengan illustrator Soepilin. Atas prestasi menggarap ilustrasi musik film –dari Pesta Musik La Bana karya Misbach Yusa Biran (1960) hingga Kuberikan Segalanya (1992)- Idris banyak meraih penghargaan.

Selepas dari New York World’s Fair (1964), Idris menjadi konseptor, pemikir, arranger, sekaligus kondukter pada Orkes Keroncong tetap Segar (Evergreen) asuhan Brigjen Pringadie. Orkes ini melakukan pementasan di TVRI, pementasan umum, dan rekaman piringan hitam (long play) untuk menumbuhkan apresiasi musik keroncong. Perjalanan musik Idris kemudian berlanjut pada musik jazz, dengan bergabung di group jazz Jazzanova.

Rumah Tangga Runtuh
Popularitasnya yang tinggi, membuat Idris ditawari main film bisu berjudul  Tiada Waktu Bicara. Pada 1976, Dirjen Radio Televisi dan Film, Drs. Soemadi, juga memberi kepercayaan Idris Sardi sebagai guest conductor di Orkes Simfoni Jakarta selama dua tahun. Sayang, dengan perjalanan karirnya yang mulus, rumah tangga Idris diliputi kepedihan.

Tahun 1981 ia bercerai dengan Zerlita.  Idris kemudian menikah dengan Marini tahun 1983. Mereka mendirikan Griya Artissa, sebuah wadah untuk membantu para musisi muda yang sudah sering tampil di hotel-hotel atau pagelaran lain untuk meningkatkan pengetahuan musik dan penampilan mereka.

Sebagai pemain biola senior, Idris Sardi telah berkali-kali memainkan biola di hadapan presiden dan wakil presiden RI. Idris pernah tampil di depan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moehammad Hatta, Presiden Soeharto, Presiden Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wapres Jusuf Kalla, dan Wapres Boediono. Berbagai acara kenegaraan penting juga pernah diisinya. Ia juga memainkan biola di hadapan pemimpin-pemimpin negara asing.

Daftar konser yang pernah dilakukannya tentu lumayan banyak. Idris,misalnya, pernah membuat konser untuk mengenang pelukis Basoeki Abdullah (1994);konser perjalanan karir Idris Sardi (1994) yang terkenal dengan konser pamit; konser mengenang Ismail Marzuki, pencipta lagu-lagu perjuangan yang juga gurunya (1996); hingga konser persembahan (2003).

Konser persembahan jadi titik balik perjalanan spiritual Sang Maestro. Biolis yang pada tahun itu berusia genap 65 tahun memutuskan untuk menggantung jas dan dasi. Ia memilih bersarung ke manapun pergi. Hingga kini Idris Sardi terus melakukan pagelaran, konser dan pertunjukan diberbagai tempat, dalam dan luar negeri. Ia juga selalu bersarung hampir 10 tahun ini. Sebuah pernyataan kecintaan pada identitas Indonesia.

Kiprah Sebagai Tentara
Banyak orang tak tahu kiprah Idris Sardi di dunia militer. Ia tak lahir dari keluarga militer, bukan pula berkarir sebagai tentara. Tapi nasib membawanya memimpin kesatuan militer. Biola telah mengantar Idris Sardi menjadi seorang perwira TNI dengan pangkat Letkol CAJ. Tituler.

Tanpa pamrih, ia menggembleng ratusan prajurit di berbagai kesatuan dan kodam. Ia bekerjasama dengan sejumlah jenderal antara lain Wismoyo Arismunandar, R. Hartono, Hendropriyono, Prabowo Subianto, Luhut Panjaitan, Sutiyoso, Sjafrie Sjamsoeddin, Tanribali Lamo, dan tokoh-tokoh pada era 1990-an.

Memang kiprah Letkol CAJ. Tit. Idris Sardi didunia militer terhenti pada 1988, karena ia menderita kanker pankreas. Saat itu Idris merasa akan segera dipanggil Tuhan. Akhinya Idris mengambil langkah masuk ke pesantren di Tangerang. Ketika kembali pulang ke rumah,Idris mengalami cobaan lain.

Pernikahannya selama 15 tahun dengan Marini tidak terselamatkan. Saat sedang gundah, Idris ditampung di rumah keluarga Letjen ZA Maulani, kepala BAKIN.  Idris sempat tak punya niat menikah lagi. Tapi jodoh rupanya di tangan Tuhan. Idris menikah lagi dengan Ratih Putri dan tetap bersama hingga kini.

Idris awalnya hanya berteman. Ratih adalah seorang perempuan mandiri, yang bekerja dan menghidupi dirinya di Jakarta. Usai berkenalan, Ratih mengaku menyukai karya-karya Idris. Hubungan pertemanan itu meningkat menjadi serius dan Ratih setuju saat Idris mengajaknya menikah.

Idris memang luar biasa. Ia berkolaborasi dengan banyak penyanyi solo, grup band, penyair, tokoh agama, hingga tentara. Setidaknya ia telah mengiringi 70 penyanyi dari masa ke masa.Idris juga menggarap ilustrasi musik untuk 189 film, dengan total ilustrasi musik film sekitar 2000 karya ilustrasi musik.

Idris berguru musik pada banyak orang. Ia belajar piano, biola, harmoni, latihan pendengaran, teori musik, serta tetek bengek musik sebagai santapan sehari-hari. Nikolai Varfolomeyev (Rusia), Gerald Kenney (Inggris), Botmer (Jerman), Hendriek Tordasi (Hongaria), Reneta Vanos (Perancis), Henkte Strake (Belanda) dan Dr. Wheller Boeket (Amerika serikat) adalah nama-nama yang menggembleng karakter musik Idris Sardi.

Atas dedikasi dan kepiawaiannya menggesek biola, Idris mendapat penghargaan tinggi  dari Keraton Yogyakarta. Penghargaan itu berbentuk miniatur mahkota warna emas. Mahkota diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Idris juga diberi gelar Kanjeng Pangeran Kalonagoro oleh Sinuhun Pakubuwono XIII Tedjowulan dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Selain gelar dari keraton, gelar tak formal juga kerap diberikan pada Idris. Mulai dari bocah ajaib, musikus gila, biola maut, setan biola, anak jenius, Helmut Zacharias Indonesia, dan Sang maestro. Begitu pula berbagai penghargaan internasional berhasil di raihnya.  Semua berawal dari kecintaannya pada biola. Idris  Sardi adalah Mozart-nya Indonesia. Ariful Hakim (diringkas dari buku Idris Sardi, perjalanan Maestro Biola Indonesia)

Saturday, October 6, 2012

batik dan sejarahnya


Saban tanggal 2 Oktober, busana bercorak batik banyak dipakai oleh orang Indonesia. Para karyawan kantor, pelajar dan bahkan pejabat pemerintah, ramai-ramai berbatik ria, dengan beragam corak dan warna. Demam batik bahkan menjalar ke pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri. Maklumlah. Tanggal itu memang batik mendapat tempat istimewa. Kita menyebutnya hari batik. Memakai batik tepat di hari itu, merupakan ekspresi untuk memperingati batik, sebagai karya adi luhung nenek moyang Bangsa Indonesia.

Busana batik memang telah mengalami revolusi yang luar biasa. Dulu kain bermotif batik identik dengan orang-orang tua. Sudah pasti, anak-anak muda banyak yang malu memakainya. Tapi dengan kreasi motif dan gaya busana yang semakin trendi, batik kini sudah menembus segala lapisan usia dan status sosial. Tak hanya busana, motif batik juga merambah ke asesoris lain. Dari tas, kaos, topi bahkan sepatu. Pendek kata, batik sudah menjadi identitas khas dan dalam beberapa hal menjadi kebanggaan pemakainya.

Pekerjaan Eksklusif
Secara etimologis, batik berasal dari bahasa Jawa. Yaitu "amba" yang berarti luas  dan "nitik" atau membuat titik. Kata batik sendiri merujuk pada teknik pembuatan corak batik, yang  menggunakan canting dan malam (lilin) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna.

Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, dan wol. Batik dengan canting tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Sementara kain yang pembuatan corak batik dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini biasanya  dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print).

Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Masa itu, pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Sentuhan tangan laki-laki, misalnya terlihat pada  batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti dapat ditemukan pada corak "Mega Mendung".


Komunikasi global yang semakin mudah, membuat ragam corak dan warna desain batik telah  banyak dipengaruhi oleh pihak asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. 

Pengaruh Eropa bisa ditemukan misalnya corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip). Ada pula benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Pengaruh penjajah itu bertumbuh seiring tetap bertahannya batik tradisional, yang masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.


Menelurus Sejarah Batik
Selain di Indonesia, seni batik saat ini banyak ditemukan di negara-negara seperti Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa. Memang hingga kini masih belum jelas asal-usul seni batik. Hanya saja dari berbagai penelitian, teknik batik konon sudah dikenal sejak ribuan tahun silam.

Di Indonesia sendiri, setelah melalui perjuangan berliku, batik akhirnya diakui badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia . Hari penetapannya pada 2 Oktober, lantas di tasbihkan sebagai Hari Batik.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.



Sejarah batik yang panjang menjadi bukti keantikan fashion etnik yang satu ini. J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik berasal dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Sebagian referensi menduga batik berasal dari bangsa Sumeria dan berkembang di Jawa setelah dibawa pada abad 14 oleh para pedagang India, negara yang kala itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam Parsi, Persia.

Sejumlah prasasti mungkin bisa sedikit menjelaskan asal-usul batik. Detil ukiran kain menyerupai pola batik pada arca Prajnaparamita (arca dewi kebijaksanaan Buddhis) yang diperkirakan berasal dari abad 13 M ditemukan di Malang, Jawa Timur. Detil pakaian sang dewi menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa saat ini.



Dari  Zaman Majapahit?
Sejarawan berkebangsaan Belanda G.P. Rouffaer (1996) menyebutkan, pola gringsing telah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Ia menyimpulkan bahwa pola tersebut hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.

Referensi lain mengenai perkembangan batik ada pada legenda dalam literatur Melayu abad 17, Sulalatus Salatin. Dalam literatur tersebut, dikisahkan bahwa Sultan Mahmud memerintahkan Laksamana Hang Nadim agar berlayar ke India untuk mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan motif 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Kain serasah tersebut ditafsirkan sebagai batik.

Sedangkan dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam History of Java karya Sir Thomas Stamford Raffles, yang pernah menjadi gubernur Inggris di Jawa ketika Napoleon menduduki Belanda. Dikisahkan, saat mengunjungi Indonesia pada 1873, seorang saudagar Belanda bernama Van Rijekevorsel memberinya selembar batik. Raffles lalu menyerahkan kain tersebut ke museum etnik di Rotterdam dan dipamerkan di Exposition Universelle Paris. Pada masa itulah, setelah berhasil memukau publik dan seniman, batik mulai memasuki masa keemasannya.


Di luar Raffles, pedagang asal Negeri Tirai Bambu juga mencatat tentang batik Nusantara sejak lama. National Museum of Singapore (2007) dalam “Batik: Creating an Identity” mengisahkan, pada awal abad ke-14 M seorang pedagang dari Dinasti Yuan bernama Wang Dayuan melakukan dua perjalanan laut ke wilayah Asia Tenggara.

Dayuan lalu menulis buku berjudul Dao Yi Zhi Lue di tempat yang kini bernama Sri Lanka. Buku itu berisi catatan cuaca, barang-barang produksi, orang-orang, dan adat istiadat di tempat-tempat yang dikunjunginya. Dalam catatan perjalanannya itu ia menulis bahwa orang-orang di Jawa Timur membuat kain bermotif yang bagus dan tidak luntur.


Di Jawa, selain arca Prajnaparamita, sejumlah arca lain melengkapi catatan rekam jejak batik. Catatan dalam laman batiksolo.asia menyebutkan, pada patung emas Syiwa  di Gemuruh Wonosobo (dibuat pada abad 9 M), terdapat motif dasar lereng. Sedangkan pakaian patung Ganesha di Candi Banon (abad 9 M) di dekat Candi Borobudur dihiasi oleh motif ceplok. Motif batik juga ditemukan pada patung Padmipani di Jawa Tengah (diperkirakan dibuat sekitar abad 8-10 M). Motif liris melekat pada patung Manjusri di Ngemplak, Semongan, Samarang (abad 10 M).


Dalam beberapa literatur, sejarah perbatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit (1293-1500 M) dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya menegaskan hal itu. Raja pertama Majapahit yang memerintah pada 1294-1309 M itu mengenakan kain batik bermotif kawung. Karena itulah, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan diwariskan secara turun temurun. Selanjutnya, wilayah Majapahit yang luas membuat batik dikenal semakin mudah di Nusantara.

Jenis-jenis Batik
Pendapat berbeda di kemukakan KRT Hardjonagoro, pakar terkemuka batik Indonesia. Menurut Hardjonagoro meski bermula pada masa Majapahit, sejarah dan perkembangan batik di Nusantara mulai terekam sejak masa Kerajaan Mataram Islam (berdiri abad ke-17) di Jawa Tengah. Di antara rekaman sejarah batik itu, yang dapat ditelusuri dari Keraton, adalah keberadaan motif porong rusak dan semen rama.


Batik menyebar luas pada akhir abad 18 hingga awal abad 19. Kesenian batik di sepanjang masa itu hanya menghasilkan kain-kain batik tulis, hingga kemudian batik cap (menggunakan pencetak dari kayu bermotif sebagai pengganti canting) mulai dikenal setelah Perang Dunia pertama.  Munculnya batik cap, membuat batik bisa diproduksi secara massal, dan bisa dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat.

Tak hanya di Jawa, kain-kain sejenis batik juga muncul di luar Jawa. Beberapa contoh kain sejenis batik yang berasal dari luar Jawa adalah sarita dari Toraja, tritik (Palembang, Banjarmasin, dan Bali), kain jumputan dan kain pelangi (Jawa, Bali, Lombok, Palembang, Kalimantan, dan Sulawesi). Ada pula kain sasirangan dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan, serta kain cinde atau patola (Gujarat India) yang masuk ke Nusantara sebagai barang dagangan atau untuk ditukarkan dengan hasil bumi.

Teknik pembuatan batik juga kini sudah berkembang luas.Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, polyester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain.

Berdasar teknik pembuatannya, batik terdiri dari batik tulis, cap dan lukis. Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. Sementara batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. Terakhir,batik lukis yaitu proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

semua tentang gangnam style

gaya gokil psy
Park Jae Sang atau biasa dikenal dengan nama Psy memang fenomenal. Rapper Korea Selatan ini berbeda dengan pelaku budaya pop Korea lain, yang kerap diidentikan bertubuh langsing dan berwajah tampan hasil karya para dokter bedah. Psy bertubuh gempal dan tidak tinggi. Namun dengan single dan tarian kocak Gangnam Style-nya, Psy telah menyihir publik dunia, untuk sejenak menoleh kiprahnya.

Gelombang tari Gangnam Style mengingatkan fenomena Breakdance, yang mewabah di sekitar 1980-an.  Jika Breakdance muncul sebagai protes kaum miskin Afro-Amerika terhadap kondisi yang menindasnya, Psy dengan Gangnam Style mengejek gaya hidup orang-orang kaya raya Korea Selatan. Psy sendiri berasal dari keluarga berada,meski dirinya mengaku senang di sebut kaum kelas B. Tak heran, Psy memilih untuk berkarir di dunia hiburan, daripada menerima harapan orang tuanya untuk meneruskan bisnis keluarga.

Single K-pop Biasa
Sebetulnya, Gangnam Style hanyalah single K-pop biasa, seperti single-single lain yang dirilis oleh penyanyi Korea Selatan. Lagu ini pertama kali dirilis pada  15 Juli 2012 lalu dan langsung memuncaki tangga lagu Korea Selatan, Gaon Chart. Lirik lagu ini ditulis oleh Psy sendiri. Ia berkolaborasi dengan Yoo Gun Hyung sebagai komposer. Yoo Gun-Hyung  adalah seorang produser terkenal di Korea Selatan dan juga pernah berkolaborasi dengan Psy di masa lalu.

Video musik untuk lagu ini menampilkan Psy sedang menari tarian gaya "menunggang kuda" yang lucu dan muncul di lokasi yang tak terduga di sekitar Gangnam. Tarian inilah yang menyedot perhatian publik, dan menimbulkan gelombang Gangnam Style di seluruh dunia. Memang, mereka yang berdomisili di Korea atau mengenal budaya Korea lebih familiar dengan tempat-tempat yang muncul di video musik Gangnam Style ini. Namun, orang-orang yang kurang akrab dengan budaya ini telah disuguhi sebuah video "segar" ditengah-tengah bertaburannya idola-idola pop remaja Korea.

Saat Gangnam Style dirilis pertama kali, lagu ini hanya diketahui oleh para penggemar K-pop. Para penggemar K-pop kemudian berbagi dan saling menyebarkan di situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Tidak lama kemudian, pengguna internet di luar komunitas K-Pop mulai mengetahui lagu ini. Bahkan, selebritis-selebritis internasional juga ikut-ikutan "mengetweet" tentang Gangnam Style, yang memicu efek bola salju.

Lagu ini akhirnya sukses menjadi hit di seluruh dunia dan media-media internasional mulai memperhatikan. Pada tanggal 4 Agustus 2012, The Los Angeles Times menulis bahwa popularitas Gangnam Style "tak terbendung" dan telah "mengambil alih dunia". Pada minggu terakhir Agustus, majalah Billboard melaporkan bahwa posisi lagu ini naik delapan peringkat dalam tangga lagu Billboard social 50.

Prestasi naik delapan peringkat ini merupakan prestasi pertama yang diraih oleh penyanyi asal Asia. Sejauh ini tercatat hanya sembilan musisi yang pernah menorehkan prestasi tersebut, termasuk Justin Bieber, Lady Gaga dan Adele. Lagu ini juga sukses menangkap perhatian media internasional seperti CBC dan CNN. Mereka menggambarkannya sebagai lagu yang "sangat berbeda dan komedik."

Media internasional lainnya yang mengulas mengenai Gangnam Style ini antara lain The Los Angeles Times dan The Washington Post. Tak pelak, publikasi ini tak hanya melambungkan nama Psy, tapi juga mempopulerkan wilayah Gangnam, yang jadi latar belakang video sang rapper.  Wilayah yang dulu tak pernah disebut orang itu, kini sejajar dengan Beverly Hills di Amerika Serikat.

Tempat Tinggal Kaum Berduit
Distrik Gangnam yang memiliki arti 'sebelah selatan sungai' itu sendiri memiliki luas separuh dari Manhattan, New York, Amerika Serikat. Tercatat sekitar 1 persen penduduk kota Seoul tinggal di distrik ini dan sebagian besar merupakan orang kaya raya. Harga sewa apartemen di wilayah ini saja berkisar US$ 716 ribu per tahun.Uang sebanyak ini rata-rata baru bisa diraup penduduk Korea Selatan dalam waktu 18 tahun. 

Selama ini, aktivitas bisnis dan pusat pemerintahan berpusat di wilayah utara Sungai Han, yang dekat dengan istana dan menjadi tempat tinggal kaum konglomerat Korea. Ketika harga apartemen di wilayah Gangnam meroket di tengah-tengah hiruk pikuk investasi real estate pada awal tahun 2000-an, para pemilik tanah dan spekulan di Gangnam otomatis menjadi kaya hanya dalam semalam. Distrik Gangnam pun beralih menjadi distrik menengah ke atas.


Akibatnya bisa ditebak. Berbagai  butik dan kelab mewah, hingga klinik-klinik operasi plastik mahal mulai bermunculan. Tidak hanya itu, di kawasan ini juga muncul tren pendidikan privat kelas atas. Sebagian besar penduduk kaya di Gangnam menghabiskan biaya pendidikan 4 kali lipat lebih besar daripada pendidikan umum. Fakta jika sebagian besar penduduk distrik Gangnam hidup dalam kemewahan,banyak menimbulkan kecemburuan warga Korea Selatan yang lain.

Psy dan kaum borjuis

Penduduk kelas atas di Gangnam disebut-sebut memonopoli kesempatan mendapat pendidikan dan infrastruktur terbaik.Padahal yang mereka lakukan hanya menghambur-hamburkan uang untuk barang-barang mewah dan pamer kekayaan."Gangnam menginspirasi baik rasa iri maupun rasa tidak suka. Penduduk Gangnam merupakan kaum kelas atas Korsel, namun warga Korsel lainnya melihat mereka sebagai orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri," jelas kritikus musik Korsel, Kim Zakka.

Psy rupanya menangkap kegelisahan ini. Dalam pandangannya, penduduk di Gangnam sudah melupakan tradisi Korea Selatan, yang harus bekerja keras dan mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan cita-citanya. Secara satir tapi menghibur, Psy menyentil kaum kelas atas tersebut. “ (Gaya hidup di Gangnam) Ini tidak adil dan seseorang harus memberitahukannya pada dunia,”kata Psy.


Direspon Seleb Dunia
Gebrakan  Psy bisa dibilang berhasil. Memang respon terbesar lebih pada gaya tarinya yang menghibur. Peran jejaring sosial bahkan membuat Gangnam Style dilirik para selebritis dunia yang pada akhirnya juga turut mendapat perhatian dari para penggemar artis tersebut. Sebagai contoh, pada tanggal 16 Agustus 2012, Nelly Furtado membawakan lagu ini dalam konsernya di Smart Araneta Coliseum di Manila, Filipina.

Artis terkenal lainnya yang juga pernah menuliskan kicauan (tweet) mengenai Gangnam Style ini antara lain; penyanyi Inggris Robbie Williams dan aktor Simon Pegg. Juga penyanyi Josh Groban. Sedangkan  Britney Spears menyatakan ketertarikannya pada koreografi Gangnam Style. Spears mengetweet: "Saya cinta video ini - sangat lucu! Saya mungkin harus mempelajari koreografinya. Adakah yang mau mengajari saya?".

Setelah Gangnam Style beredar, manajer bakat Amerika Serikat, Scooter Braun, orang yang menemukan Justin Bieber di Youtube, menulis di Twitter: "Bagaimana bisa saya tidak mengontrak orang ini (Psy)". Tak lama kemudian, dilaporkan bahwa Psy sedang dalam perjalanan ke Los Angeles untuk bertemu dengan perwakilan dari Justin Bieber dalam rangka mencari peluang untuk bekerjasama.

Aktris dan penyanyi Amerika Serikat, Vanessa Hudgens, juga memposting video Gangnam Style di situs resminya dan menulis: "Saya sangat terobsesi. GANGNAM STYLE!". Penyanyi Katty Perry juga menulis tweet di Twitter: "Tolong! Saya berada di Gangnam-style K-hole."  Popularitas ini membuat Gangnam Style kini sudah meraih lebih dari 262 juta viewers di Youtube dan semakin banyak artis Hollywood yang terkena demam Gangnam Style.

Fenomena Baru
Sebagian besar artis K-Pop rata-rata terkenal di Korea Selatan dan wilayah Asia lainnya. Untuk pasar global mereka seringkali gagal menembus wilayah musik Amerika. Psy menorehkan prestasi itu dan menjadi fenomena tersendiri. Inilah saat termanis dalam karir rapper yang memulai berkiprah sejak 2001 lalu dan pernah didenda US$ 4.500 (Rp 43 juta) karena kedapatan merokok ganja.

Psy melambung ke tingkat popularitas tertinggi.  Siapa sangka ia akhirnya bisa memenuhi harapan Britney Spears untuk mengajari tarian khasnya itu di sebuah acara televisi ternama Amerika? "Saya tidak tampan, tidak tinggi, juga tidak langsing," tutur Psy saat diundang dalam acara televisi Amerika, 'Today', baru-baru ini. "Tapi kini saya duduk di sini," imbuhnya.


Nama panggung Psy berasal dari 3 huruf pertama kata 'Psycho'. Namun dia selalu mengidentikkan dirinya sebagai orang luar yang unik, meskipun sebenarnya dia berasal dari keluarga kaya, yang dibesarkan dan mengenyam pendidikan di kawasan selatan Sungai Han, dekat distrik Gangnam. Menurut penulis kolom Chicago Tribune,Jae-Ha Kim, alasan yang menjadikan Psy mendunia karena penampilannya yang biasa dan tidak banyak dipoles.


Selama ini, musik K-Pop didominasi boyband dan girlband yang rata-rata muda, berwajah tampan dan berpenampilan menarik. Menurut Jae-Ha, sosok-sosok seperti itu justru membuat sebagian besar warga Amerika merasa tersaingi."Orang-orang Amerika merasa lebih nyaman dengan orang-orang Asia yang terlihat seperti Jackie Chan dan Jet Li, yang juga menarik tapi tidak semenarik Brad Pitt atau Keanu Reeves," ujarnya.

Jae Ha menulis, rata-rata orang tertarik dengan lagu Gangnam Style karena videonya yang lucu, seperti pertunjukan aneh dan orang berkata, “'Pria ini lucu juga. Tapi ketika Anda melihat tariannya, Anda akan menyadari bahwa Anda bisa ikut menarikannya dengan mudah. Dia benar-benar bagus,”.


Dengan popularitasnya yang melonjak di Amerika Serikat, jelas Psy akan mudah untuk masuk ke industri musik di benua yang bertaburan bintang terkenal tersebut. Konon Psy kini sudah menandatangani kontrak dengan sebuah agensi di Amerika. Rencana nya Gangnam Style akan dikenalkan pada MTV Video Music Award. Untuk waktu dekat pun Gangnam Style akan dirilis dalam versi Bahasa Inggris dan Py akan berkolaborasi dengan penyanyi terkenal Justin Bieber.  

Selain berhasil menjadi fenomena dunia, video klip Psy juga berhasil tercatat dalam Guiness World Records. Video klip yang kocak itu dinobatkan sebagai video yang paling banyak disukai sepanjang sejarah YouTube. Guinness World Record mencatatnya secara resmi pada 20 September lalu. Hanya dalam waktu 4 bulan sejak diunggah, video tersebut disukai oleh lebih dari 2,5 juta pengguna YouTube.

Sekitar 47% penonton video tersebut berasal dari Amerika Serikat, 7% dari Inggris, 6,8% dari Kanada dan hany 4% yang berasal dari Korea Selatan. Namun toh, tak semua menyukai Gangnam Style. Video klip Psy ini ternyata memperoleh nilai 100 ribu dislike (tidak suka). Kini, penyanyi Korea Selatan ini memiliki alasan baru untuk bangga dengan dirinya karena dapat memecahkan Rekor Dunia Guinness. “Psy, sertifikat Anda menunggu di kantor kami, Anda bisa datang dan mengambilnya kapan saja,” kata Barret, sedikit bercanda.