Saban Idul Fitri datang, Indonesia selalu tak lepas
dari kerepotan mengangkut jutaan warganya yang merantau, untuk kembali ke
kampung halaman masing-masing. Ritual budaya ini kerap disebut “mudik”, sesuatu
yang khas terjadi tiap menjelang Idul Fitri. Selain mudik, menyambut hari
kemenangan itu, makanan berupa ketupat, opor ayam dan tradisi sungkeman juga
ikut mewarnai, selain kebiasaan berziarah kubur.
Walau esensinya sama, yaitu kembali ke fitrah, tapi di negara-negara lain, perayaan Idul Fitri juga memiliki ciri khas tersendiri. Ibarat pepatah, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Barangkali yang agak mirip-mirip adalah negara-negara tetangga Indonesia di Asia Tenggara. Namun begitu, di negara-negara sekuler dan Islam menjadi minoritas, Idul Fitri juga masih tetap diperingati. Bagaimana mereka merayakannya?
Asia Tenggara
Di Singapura, Brunei
dan Malaysia, Idul Fitri dikenal juga dengan sebutan Hari Raya Puasa atau Hari
Raya Aidil Fitri. Seperti di Indonesia, malam sebelum perayaan selalu
diteriakkan takbir di masjid ataupun mushala, yang mengungkapkan kemenangan dan
kebesaran Tuhan. Di perkampungan, biasanya banyak masyarakat yang menghidupkan pelita atau panjut alias obor.
Banyak bank, perkantoran
swasta ataupun pemerintahan yang tutup selama perayaan Idul Fitri hingga akhir
minggu perayaan. Masyarakat di sini biasanya saling mengucapkan “Selamat Hari
Raya” atau “Salam Aidil Fitri” dan “Maaf Lahir dan Batin” sebagai ungkapan permohonan maaf
kepada sesama. Di Malaysia juga ada
tradisi balik kampung, atau mudik di
Indonesia. Di sini juga ada tradisi pemberian uang oleh para orang tua kepada
anak-anak, yang dikenal dengan sebutan duit raya.
Makanan khas lebaran di
tiga negara tersebut adalah ketupat, dodol dan lemang. Laki-laki mengenakan
baju Melayu lengkap dengan peci, sementara para wanita mengenakan baju kurung.
Di Malaysia, kunjungan ke kuburan orang tua kemudian membacakan Surat Yasin
adalah hal yang jamak dilakukan di hari lebaran, kemudian dilanjutkan dengan
silaturahmi ke kerabat.
Sementara di Filipina,
umat Muslim adalah minoritas, hingga sebagian besar masyarakat tidak begitu
familiar dengan perayaan ini. Namun, perayaan Idul Fitri sudah diatur sebagai hari libur nasional oleh pemerintah dalam Republic Act No. 9177 dan berlaku sejak 13 November 2002.
Jadi meski kalah gegap gempitanya dengan Brunei, Malaysia dan Singapura, tapi
Idul Fitri sudah jadi perhatian pemerintah.
Benua Afrika
Ada yang unik, saat Hari Raya Idul Fitri
tiba di Afrika Selatan misalnya. Setiap orang akan berkumpul di Green Point,
Cape Town, Afrika Selatan untuk melihat bentuk bulan di hari terakhir Ramadhan.
Menjelang berbuka puasa, mereka sudah standby bersama kerabat sambil asyik
berbincang-bincang. Azan maghrib kemudian mengumandang dan bulan yang muncul
pun diumumkan. Di hari Idul Fitri, warga melaksanakan shalat Ied, dilanjutkan
berkunjung ke rumah keluarga.
Di
Mesir, ketika hari lebaran tiba, anak-anak Mesir menyanyikan lagu Ahlan wa
sahlan bi al-‘id. Farhan, farhan bi al-id (Selamat datang, selamat datang Hari
Raya. Bergembiralah, bergembiralah pada hari raya). Memang, di Mesir Idul Fitri
tidak disambut semeriah di Indonesia. Di sana Idul Fitri sering disebut Id
el-Shogayar atau Hari Raya Kecil. Sedangkan Idul Adha disebut Idul Kabir (Hari
Raya Besar), karena dirayakan jauh lebih meriah.
Meskipun demikian Idul Fitri di Mesir tetap menjadi perayaan
kegembiraan yang cukup menarik disimak. Anak-anak kecil bermain-main dan
meluapkan kegembiraan dengan baju-baju baru mereka. Makanan khas pada hari
lebaran ini berupa biskuit manis yang disebut kahk.
Di Nigeria
Idul Fitri dikenal sebagai “Sallah Kecil” dan umumnya orang saling menyapa
dengan ucapan tradisional: “Barka Da Sallah,” yang berarti “Salam di Sallah”
dalam bahasa Hausa. Ketika Ied ditetapkan sebagai hari libur nasional yang
ditetapkan selama dua hari, banyak keluarga Muslim pulang ke kampung halaman
masing-masing untuk mengunjungi keluarga dan kerabat.
Asia Selatan
Di wilayah Asia Selatan seperti India, Pakistan, dan Bangladesh, Idul Fitri
dirayakan secara meriah juga. Di India, orang-orang akan berkumpul di Jama Masjid
yang terletak di New Delhi untuk melakukan shalat Id. Masjid ini menjadi pusat
perayaan Idul Fitri di New Delhi, ibu kota India. Mereka juga menyiapkan
hidangan khusus yang disebut Siwaiyaan,
yakni campuran bihun manis dengan buah kering dan susu. Siwaiyaan hadir dalam beragam bentuk dan
warna.
Di India, Bangladesh
dan Pakistan, malam sebelum Idul Fitri disebut Chand Raat, atau malam bulan.
Orang-orang mengunjungi berbagai bazar dan mal untuk berbelanja, dengan
keluarga dan anak-anak mereka. Para perempuan, terutama yang muda, seringkali
satu sama lain mengecat tangan mereka dengan bahan tradisional henna dan
memakai rantai warna-warni.
Ucapan populer di Asia
Selatan selama perayaan Idul Fitri adalah Eid Mubarak kepada orang lain. Anak-anak didorong
untuk menyambut para orang tua. Saat menyambut, mereka juga berharap untuk
memperoleh uang yang disebut Eidi, dari para orang tua. Di pagi Idul Fitri, setelah
mandi dan bersih, setiap Muslim didorong untuk menggunakan pakaian baru. Jika tak
bisa beli, mereka boleh menggunakan pakaian yang telah dicuci bersih.
Orang tua dan anak
laki-laki pergi ke masjid atau lapangan terbuka. Tradisi ini disebut Eidgah
atau Shalat Ied. Usai Shalat Ied, mereka biasanya kumpul-kumpul dengan keluarga
besar sambil makan-makan. Makanan yang paling banyak tersedia bernama sivayyan,
berupa mie vermicelli. Setelah berkumpul dan nyekar, perayaan dilanjutkan
dengan festival khusus, berupa karnaval dan pertunjukan kembang api.
Turki dan Iran
Festival Gula atau Seker Bayram
merupakan nama untuk Idul Fitri bagi orang Turki. Kemungkinan sebutan ini
muncul karena tradisi mereka saling mengantarkan manisan di hari raya Idul
Fitri. Seperti tradisi sungkem di Indonesia, anak-anak di sana juga bersalaman
dan sembah sujud kepada orangtua. Kemudian orangtua membalas dengan ciuman di
kedua pipi sebagai simbol kasih sayang. Setelah itu, anak-anak pun mendapatkan
hadiah berupa koin uang, permen, atau manisan.
Ucapan khas lebaran di Turki adalah Bayraminiz Kutlu Olsun
atau Bayraminiz Mübarek Olsun (Semoga bayram-mu menjadi berkah). Perayaan besar
ditandai dengan silaturahmi, mengenakan baju baru dan saling mengunjungi.
Bahkan, acara nyekar lebih semarak di sini, ditandai dengan pasar bunga untuk
nyekar selama tiga hari berturut-turut.
Di
Iran, meski termasuk negara Islam, tapi perayaan Idul Fitri tampak biasa-biasa
saja dan tidak semeriah seperti Indonesia. Hal ini karena Muslim Iran adalah
pengikut ajaran Syiah. Idul Fitri di Iran adalah perayaan personal. Selain
shalat Ied dan acara silaturahmi, biasanya perayaan ditutup dengan pemberian
makanan dari keluarga kaya kepada orang miskin papa. Makanan yang dibuat adalah
aneka
hidangan dari daging domba dan sapi.
Di Arab
Saudi, tepatnya di Riyadh, umat Islam mendekorasi rumah saat Idul Fitri tiba.
Sejumlah perayaan digelar seperti pagelaran teater, pembacaan puisi, parade,
pertunjukan musik, dan sebagainya. Soal menu lebaran, umat Islam di sana
menyantap daging domba yang dicampur nasi dan sayuran tradisional. Hal ini juga
terjadi di Sudan, Suriah, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.
Republik Rakyat China
Ada
56 kelompok etnis yang diakui secara resmi di RRC. Sepuluh diantaranya mayoritas
beragama Islam. Tak heran di China, tepatnya di Xinjiang, perayaan lebaran tampak
meriah. Kaum pria mengenakan jas khas dan kopiah putih, sementara wanitanya memakai
baju hangat dan kerudung setengah tertutup. Usai salat Idul Fitri, pesta makan
dan bersilaturahim pun dilakukan. Di sana Idul Fitri ditetapkan sebagai hari
libur nasional.
Di
propinsi Yunnan, beberapa umat Muslim pada Idul Fitri mengunjungi makam leluhur
dan makam tokoh muslim setempat. Di sana mereka akan membaca Al Qur’an dan
membersihkan makam. Hal ini mengingatkan pada festival tahunan bersejarah di Qingming,
China di mana orang pergi ke kuburan nenek moyang mereka, menyapu dan
membersihkan daerah itu dan membuat persembahan makanan. Ritual diselipi dengan
doa khusus untuk menghormati ratusan ribu muslim yang tewas selama Dinasti
Qing, dan ratusan tewas selama Revolusi Kebudayaan.
Amerika Serikat dan Fiji
Umat Muslim di Amerika Serikat
pada umumnya merayakan Idul Fitri dengan cara yang tenang dan khidmat. Penghujung
Ramadhan diumumkan via e-mail, website, atau melalui sambungan telepon, karena
Idul Fitri bukan hari libur nasional. Umumnya, keluarga Muslim di Barat akan
bangun sangat pagi sekali untuk menyiapkan makanan kecil. Setiap orang didorong
untuk berpakaian formal dan baru.
Banyak keluarga yang
memakai pakaian tradisional dari negara mereka, karena kebanyakan Muslim di sana
ialah imigran. Selanjutnya mereka akan pergi ke majelis yang paling dekat untuk
salat Ied. Bisa diadakan di masjid lokal, ruang pertemuan hotel, gelanggang,
ataupun stadion setempat. Setelah salat dan khutbah, para jamaah saling memeluk
dan satu sama lain saling mengucapkan selamat Idul Fitri. Muslim di Amerika juga merayakan Idul Fitri dengan cara saling
memberi dan menerima hadiah kepada keluarga.
Walau Islam minoritas di
Fiji, namun ada tradisi unik dalam perayaan Idul Fitri. Hidangan spesial khas
Idul Fitri adalah samai,
mi manis yang dicampur dengan susu. Samai disajikan bersama samosas, sejenis kari ayam
atau daging. Uniknya, hanya kaum pria yang datang ke masjid untuk shalat Ied.
Di beberapa bagian di Fiji, perempuan tidak pergi ke masjid.
Eropa
dan Australia
Di Eropa, perayaan Idul Fitri tidak
dilakukan dengan semarak. Di Inggris misalnya, Idul Fitri tidak diperingati
sebagai hari libur nasional. Kaum muslimin di Inggris harus mencari sendiri informasi
tentang hari Raya Idul Fitri. Biasanya, informasi ini didapat dari Islamic
Centre terdekat atau dari milis Islam.
Idul Fitri dirayakan secara sederhana.
Khutbah disampaikan oleh Imam masjid setempat, dilanjutkan dengan
bersalam-salaman. Biasanya di satu area dimana terdapat banyak kaum Muslim di sana,
kantor-kantor dan beberapa sekolah di area tersebut akan memberikan satu hari
libur untuk kaum Muslim. Atau jika tidak
libur, kaum Muslim akan berusaha mengambil cuti
di hari itu supaya tetap bisa mengikuti Shalat Ied dan berkumpul dengan sesama
muslim di masjid, kemudian berkumpul bersama keluarga di rumah.
Di Australia, Idul Fitri juga tidak dirayakan secara
khas. Tapi, meskipun Australia sebuah
negara non-Muslim dan sekuler, umat Islam di sini diberi kebebasan untuk
mempraktikkan agama mereka. Banyak perusahaan besar di Australia memberikan
libur khusus bagi pegawainya yang beragama Islam. Beberapa kota dimana
Islam menjadi mayoritas memungkinkan jalanan umum di pelataran mesjid ditutup
ketika Shalat Idul Fitri berlangsung.
Sejak 1987, tradisi
Idul Fitri di Australia di meriahkan dalam format festival multi kultur yang
diselenggarakan di Sydney. Festival ini telah berkembang dengan melibatkan
puluhan ribu Muslim dan non-Muslim. Bahkan beberapa tamu penting hingga pejabat
negara berkenan hadir sebagai tamu undangan. Sekarang festival ini telah
diadopsi di banyak kota di Australia. Kondisi ini tentu saja membuat moment
Idul Fitri semakin terasa, dan membuktikan jika Islam hadir sebagai rahmat bagi
semua umat.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!