Bagi mereka yang mengalami masa kecil di tahun 1981-1993,
film boneka Si Unyil adalah tontonan wajib di Minggu pagi. Inilah tontonan yang
menghibur, mengundang tawa, sesekali meneror dengan ketegangan cerita akibat
munculnya sosok buronan yang mengancam keselamatan Unyil dan kawan-kawan, hingga
membuatnya lekat di benak anak-anak. Munculnya Si Unyil menjadi idola, karena
TVRI saat itu menjadi satu-satunya televisi yang memancarkan siaran hingga ke
pelosok desa.
Sosok Si Unyil memang masih muncul dalam sebuah
program baru di Trans7. Tapi gaungnya tidak sedahsyat kala film boneka itu
masih menyodorkan cerita drama yang utuh, sebelum secara tiba-tiba Drs. Suyadi
alias Pak Raden muncul menceritakan kondisi ekonominya.
Publik dibuat terhenyak. Sang kreator beberapa tokoh dalam film boneka Si Unyil ternyata tak pernah menerima royalty. Selama ini, royalty dibayarkan pada Pusat Produksi Film Negara (PPFN),yang memegang semua hak ciptanya. Bagaimana sesungguhnya jalinan cerita terwujudnya sosok-sosok dalam film boneka Si Unyil?
Publik dibuat terhenyak. Sang kreator beberapa tokoh dalam film boneka Si Unyil ternyata tak pernah menerima royalty. Selama ini, royalty dibayarkan pada Pusat Produksi Film Negara (PPFN),yang memegang semua hak ciptanya. Bagaimana sesungguhnya jalinan cerita terwujudnya sosok-sosok dalam film boneka Si Unyil?
Rindu Tontonan Untuk Anak
Sejarah
munculnya sosok Si Unyil bermula sekitar 1980-an. Ketika itu Direktur Produksi
Film Negara, Drs.Gufron Dwipayana, mengeluhkan tontonan televisi yang hampir
semuanya diisi produk luar negeri. Apalagi film anak-anak. Semua film kartun
didominasi produksi asing."Saya ingin ada film kartun anak-anak produksi
dalam negeri. Harus kartun soalnya untuk anak-anak," kata Suyadi alias Pak
Raden menirukan ucapan Dwipa, saat bertemu untuk menggodok ide pembuatan
tayangan untuk anak.
Pak Raden sebenarnya sepakat dengan ajakan Dwipa. Namun dia menegaskan sumber
daya manusia lokal kala itu masih belum mampu untuk memproduksi film kartun.
Karena itu, dia lalu mengusulkan untuk membuat film dengan tokoh-tokoh boneka
lucu. "Ah, itu saya setuju" ujar Dwipa seperti ditirukan Pak Raden.
Setelah berfikir keras, Pak Raden yang kala itu dosen Fakultas Seni Rupa ITB
akhirnya menemukan sosok ideal pemeran film boneka tersebut.
Pilihan
jatuh pada sosok Unyil yang merupakan anak desa yang sederhana lengkap dengan
sarung dan peci. Pak Raden lantas menciptakan karakter-karakter lainnya. Cerita
pun dibuat tidak jauh-jauh dari persoalan sosial masyarakat pedesaan. "Saya
yang mendesain tokoh-tokoh itu. Produksi (boneka) saya juga yang ngawasi,"
kata Pak Raden.
Awalnya,wajah
boneka itu dipola dengan tanah liat. Setelah cocok, lantas ditempeli kertas dan
dikeraskan hingga membentuk tokoh Unyil, Ucrit, Melani, Pak Ogah, Pak Raden, Bu
Bariah, dll. Ternyata proyek film boneka Si Unyil sukses besar. Hampir setiap
anak kecil pada era 1981-an hingga 1992-an mengenal dan menggemari sosok Unyil
dan tokoh lainnya. Sejak saat itu, sosok Pak Raden melekat dengan Drs. Suyadi.
Pada
pertengahan 1992-an, produksi film Si Unyil
dihentikan dengan berbagai alasan. Namun Pak Raden tetap Pak Raden. Pria yang
rela meninggalkan profesi sebagai dosen untuk terjun total mengurusi Si Unyil
itu pun terus menggeluti dunia dongeng dan kesenian lainnya, terutama yang
berhubungan dengan anak-anak."Ada kepuasan tersendiri terjun di dunia
anak-anak. Kalau jadi dosen, saya hanya berhubungan dengan mahasiswa. Tapi
kalau sama Unyil, saya bisa merangkul seluruh anak-anak Indonesia,"
paparnya.
Tayang
di TV Swasta
Film
boneka Si Unyil mengudara di TVRI saban Minggu sejak 5 April 1981 hingga 1993.
Setelah berhenti, RCTI pernah menayangkannya sejak 21 April 2002 hingga awal
2003. Medio 2003 hingga akhir 2003, gentian TPI (kini MNCTV) yang
menanyangkannya setiap Minggu pukul 16.30 sebelum program Lintas 5. Entah
mengapa, penayangan di televisi swasta tidak sefenomenal ketika tayang di TVRI.
Pihak PPFN bukannya tak pernah berusaha untuk
menghidupkan kembali kejayaan Si Unyil. Film ini pernah dicoba diangkat lagi
oleh PPFN dengan bantuan Helmy Yahya pada tahun 2001, dengan meninggalkan
atribut lama dan memakai atribut baru agar sesuai dengan jamannya. Tapi usaha
itu gagal.
Pada tahun 2007, Si Unyil dihidupkan lagi
dengan nama Laptop Si Unyil, digawangi oleh Trans7. Karakter,
lagu pembuka, dan cerita tetap dipertahankan, kecuali beberapa yang
diperbaharui seiring zaman. Seperti ucapan Pak Ogah, yang dulu "Cepek dulu
dong" kini jadi "Gopek dulu dong"; dan Unyil didampingi temannya
membahas hal-hal pendidikan dengan laptop yang dimiliki teman si Unyil.
Drs. Suyadi sendiri memilih karakter Pak
Raden untuk diperankannya. Selain menjadi pengisi suaranya, Suyadi juga hidup
dari karakter Pak Raden dengan menjadi pendongeng dan bintang tamu di berbagai
stasiun televisi. Tentu tak lupa dengan kostum khasnya. Pendek kata, boneka Si
Unyil tidak hanya sukses di televisi. Berbagai boneka Si Unyil juga dijual.
Begitu pula ada iklan yang menggunakan karakter Si Unyil, buku-buku maupun
makanan.
Meski selama ini karakter Si Unyil diklaim
diciptakan oleh Suyadi, barangkali patut pula di dengar klaim pihak lain yang
konon dialah yang membuat Si Unyil. Orang itu bernama Kurnain Suhardiman alias
Pak Le. Awal mula Pak Le bisa mendapat inspirasi untuk membuat tokoh Si Unyil dari seorang sepupunya yang bernama Julianto.
Julianto akrab dipanggil Kunyil oleh Pak Le, namun Pak Le lebih sering
menyingkatnya menjadi Si Unyil.
Bagaimana boneka Si Unyil bisa terbentuk?Konon hal ini dikarenakan pada suatu
hari Pak Le mengetahui bahwa sepupunya yang bernama Julianto sedang gemar
membuat boneka sarung dari kain bekas dan dijahit. Inilah yang membuat ia
terinspirasi untuk membuat boneka Si Unyil. Kurnain Suhardiman sudah tiada,
hingga klaim ini menjadi tidak jelas apakah benar atau rumor belaka.
Kisruh Hak Paten
Boneka Si Unyil menjadi identitas khas Bangsa Indonesia,
ditengah serbuan tokoh-tokoh lain dari luar negeri. Mungkin contoh paling nyata
adalah saat Ipin dan Upin dari Malaysia menjadi acara favorit anak-anak
Indonesia. Dalam berbagai perhelatan olahraga Indonesia melawan Malaysia, misal
sepak bola, kedua negara digambarkan dengan ikon masing-masing yang sedang
bertarung. Si Unyil melawan Ipin dan Upin.
Sayang, kepopuleran Si Unyil tak berbanding lurus dengan
kehidupan Drs. Suyadi. Semua bermula
pada 1995, saat
Pak Raden menandatangani perjanjian dengan Direktur Utama Perum Produksi Film
Negara (PPFN) Amoroso Katamsi. Dalam surat perjanjian bernomor
139/PPFN/XII/1995 tersebut, Pak Raden selaku pencipta tulisan Si Unyil dan
model boneka tokoh-tokoh dalam film Unyil menyerahkan pengurusan hak ciptanya
kepada PPFN selama lima tahun.
Anehnya, PPFN juga menerbitkan surat perjanjian yang sama dengan nomor yang
sama, namun bedanya surat yang kedua sama sekali tidak disebutkan berapa tahun
perjanjian itu berlaku. "Biasanya surat perjanjian kan disebutkan kapan jangka
waktunya. Kalau selamanya, ya ditulis selamanya. Tapi, ini tidak ada,"
tutur Pak Raden. Persoalan inilah yang sedang diperjuangkan Pak Raden bersama
beberapa seniman muda Jakarta. Mereka berharap, PPFN akan mengembalikan hak
cipta Si Unyil pada Pak Raden, hingga bisa mendapat royalty.
Di tengah deraan penyakit tua, Pak Raden memang
butuh biaya berobat dan makan, yang selama ini ditopang dari order menjadi
pendongeng dan pengisi suara. Menurut Trans7, stasiun televisi yang kini
menyiarkan Si Unyil, Pak Raden dibayar karena mengisi suara saja. Soal hak
siar, produser eksekutif tayangan 'Laptop Si Unyil' di Trans7, Roni Suyanto,
mengaku pihaknya selalu melakukan pembayaran kepada Perum Produksi Film Negara
(PPFN).
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!