Indonesia sepertinya tak mau kalah dengan
Amerika Serikat yang memiliki pesawat kepresidenan Air Force One. Walau masih
mendapat kritik keras dari berbagai pihak, pesawat kepresidenan yang bakal
menjadi tunggangan resmi RI 1 bakal segera parkir di hanggar. Adalah Sekretaris
Kementerian Sekretariat Negara (Setneg), Lambock V. Nahattands, yang mengaku
Indonesia telah melunasi harga badan pesawat Boeing Business Jet 2 Green
Aircraft yang dipesannya.
Harganya tidak tanggung-tanggung; US$58,6
juta atau Rp525,9 miliar. Jika ditambah biaya administrasi, harga pembelian itu
menjadi Rp526,143 miliar. Belum lagi untuk biaya penambahan interior dan sistem
keamanan. Total mencapai Rp 910,2 miliar. Menurut Lambock, pembayaran dilakukan
dalam tiga tahap berdasar kontrak yang dikeluarkan Menteri Keuangan pada 21
Desember 2010 lalu."Pembayaran tahap pertama dilakukan tahun 2010,"
kata Lambock di Setneg, Jakarta, Kamis 9 Februari 2012.
Lambock mengungkapkan, dalam pengadaan pesawat kepresidenan ini, Setneg telah
membentuk tim yang bertugas menyusun spesifikasi teknis beserta anggarannya
sesuai standar pengamanan VVIP. Tim terdiri atas unsur Sekretariat Negara,
Sekretaris Militer Presiden, Mabes TNI AU dan Paspampres, serta PT Garuda
Indonesia. Dari berbagai pabrikan pesawat yang ada di dunia, pemerintah memilih
untuk memesan pesawat kepresidenan dari pabrikan Boeing. “Soalnya jenis pesawat
ini menguntungkan ditinjau dari segi operasional dan perawatan,”alasan Lambock.
Didesain
Untuk VVIP
Segi
operasional dan perawatan pesawat memang menjadi pertimbangan utama, demi
efesiensi anggaran. Kata Lambock, dari
segi operasional, pemerintah menganggap para pilot di dalam negeri, termasuk
pilot TNI AU, lebih siap dan mengenal pesawat jenis Boeing. Sementara dari segi
perawatan, lebih banyak dan siap serta memiliki kapabilitas yang memadai
dibanding untuk perawatan pesawat merek lain.
Selain itu, pesawat Boeing telah banyak digunakan untuk penerbangan VVIP
negara-negara di dunia.
Kriteria dan spesifikasi pesawat kepresidenan yang dibuat pemerintah adalah
mampu terbang jauh sekitar 10-12 jam, mampu mendarat di bandara kecil, dan
memuat kapasitas rombongan presiden yang berjumlah sekitar 50 orang. Kriteria
lain adalah memiliki peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation
dan inflight entertainment yang khusus. Mengutip
dari Boeing.com, pesawat Boeing Business Jet 2 ini memang didisain untuk
keperluan Very Very Important Person (VVIP).
Boeing Business Jet 2 (BBJ2) ini memiliki panjang sekitar 39,5 meter,
panjang sayap 35,8 meter, tinggi ekor 12,5 meter dan memiliki diameter 3,73
meter. Untuk interiornya, BBJ2 ini memiliki panjang 29,97 meter, dengan tinggi 2,16
meter dan lebar 3,53 meter. Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar,
pesawat ini dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Namun jika pesawat
berisi maksimal 50 orang, maka jarak tempuhnya mencapai 8.630 kilometer. Jarak
tempuh itu bisa dilalui dengan kecepatan maksimal 871 kilometer per jam.
Untuk pesawat kepresidenan RI yang
sudah dibayar, saat ini pabrik Boeing
tengah memasang enam tangki bahan bakar. Ini agar pesawat bisa terbang nonstop
selama 10-12 jam. Pemasangan tangki dilakukan oleh PATS Aircraft System, dan
dijadwalkan selesai pada April 2012.
Setelah pemasangan keenam tangki
itu,pekerjaan selanjutnya adalah memasang interior kabin dan sistem keamanan
yang dilakukan oleh completion center. Untuk pemasangan kedua kelengkapan itu,
saat ini proses lelang sedang berjalan, dan pemenangnya ditentukan akhir
Februari 2012. Kata Lambock, pekerjaan interior cabin dan security system akan
dimulai Mei 2012 dan diperkirakan selesai Agustus 2013.
Varian Boeing 737
Laiknya pesawat kepresidenan,
kemewahan, keamanan dan kenyamanan memang menjadi perhatian utama. Seperti tertulis di situs Boeing.com, Boeing Business
Jet 2 adalah varian dari Boeing Jet 737. Jet ini merupakan perpaduan antara
kecanggihan teknis, kemewahan dan design.
Konsep desain interior rancangan BMW Group Designworks USA ini dikenal dengan sebutan konsep kabin
luxurius. Sebuah konsep design interior yang baru
pengganti konsep lama dalam pesawat terbang
yaitu konsep tiga dimensi pembawa nuansa ruang lebih luas.
Sejumlah fasilitas wah tersedia di
dalamnya. Misalnya, ruang bar atau
dapur berlantai terbuat dari kaca tembus pandang sehingga penumpang dapat melihat ruang lainnya.
Pada dek lantai
dua terdapat ruang televisi berlayar lebar dan ruang tidur utama. Juga dua buah ruang tidur untuk tamu, ruang olah raga dan
perlengkapan standar jet mewah lainnya
seperti ruang konferensi, kamar mandi dengan shower mewah serta ruang makan.
Pesawat juga dilengkapi garasi kendaraan dengan mempergunakan ruang kargo.
Selain Indonesia, negara-negara
pengguna pesawat jenis ini adalah Australia dan Kerajaan Maroko yang memiliki
dua pesawat. Belarusia, Kolombia, Madagascar, Malaysia, Nigeria, Afrika Selatan
dan Republik Tunisia masing-masing satu buah pesawat, serta enam pesawat Kerajaan
Uni Emirat Arab. Australia menggunakan BBJ2 sejak 2002 yang didalamnya
dilengkapi dengan berbagai perangkat komunikasi canggih. Sedangkan Malaysia memiliki BBJ2 sejak 2003
yang digunakan perdana menteri dan keluarga kerajaan.
Sebelum
memutuskan membeli pesawat khusus kepresidenan, sebetulnya Presiden SBY juga
punya pesawat kepresidenan khusus yang disewa dari Garuda. Dalam berbagai
kunjungan kenegaraan, SBY kerap memakai pesawat jenis Airbus A330 dengan
sejumlah variannya . Misalnya 330-341serta A330-300 merupakan dua varian dari
A330 yang sering dipakai Presiden SBY kunjungan kerja ke luar negeri.
Dalam
kondisi normal, pesawat jenis ini sebenarnya bisa mengangkut hingga 293
penumpang. Namun, setelah menjadi pesawat kepresidenan, pesawat ini sudah
dimodifikasi sesuai tingkat kebutuhan presiden hingga hanya bisa memuat
maksimal 140-an penumpang. Tentu dengan fasilitas dan kemewahan sekelas seorang
kepala negara.
Pesawat Khusus Presiden RI
Sejak era kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia sebenarnya mempunyai
pesawat khusus kepresidenan. Kala itu pesawat yang dipakai Bung Karno adalah
pesawat jenis Ilyushin Il-18. Pesawat ini pemberian dari Pemerintah Rusia.
Pesawat yang diberi nama Dolok Martimbang inilah yang selalu membawa Bung Karno
ke seluruh Nusantara.
Selain pesawat terbang jenis Ilyushin Il-18, Bung Karno juga pernah memakai
pesawat jenis Boeing 707 sebagai pesawat kepresidenan. Pemakaian pesawat jenis
ini oleh Bung Karno dilakukan tidak lama setelah Presiden Amerika Serikat juga
memakai jenis yang sama. Pesawat Boeing 707 bukan milik negara, namun milik
perusahaan penerbangan Pan American Airways (Pan-Am) yang disewa pemerintah.
Penyewaan pesawat ini lengkap dengan para awaknya untuk melayani presiden
selama perjalanan.
Selain pesawat khusus kepresidenan, pada 1961 ketika
berkunjung ke Washington, AS dia diberi hadiah sebuah Holikopter Sikorsky oleh
Presiden AS John F Kennedy. Moda transportasi udara itu oleh Bung Karno
dijadikan helikopter kepresidenan. Helikopter inilah yang sering dipakai Bung
Karno ketika berkunjung ke Istana Bogor setiap akhir pekan. Bung Karno juga
pernah memakai pesawat Jetstar yang dibeli pemerintah dari perusahaan Lockheed.
Saat pergantian pemimpin pemerintahan tampaknya pesawat kepresidenan juga
berganti. Presiden Soeharto yang menggantikan Bung Karno tidak pernah memakai
pesawat yang pernah pendahulunya itu. Pada awal pemerintahan Presiden Soeharto
menggunakan pesawat C-130 Hercules milik TNI AU untuk kunjungan dalam negeri.
Ketika lawatan ke luar negeri, Presiden Soeharto menyewa pesawat milik Garuda
Indonesia Airways (GIA). Dalam lawatan pertamanya ke luar negeri pada era 1966,
Soeharto saat masih menjadi Pj Presiden mempergunakan pesawat jenis DC-8.
Setelah perekonomian mulai membaik, Presiden Soeharto mempunyai pesawat
kepresidenan jenis Fokker F-28 yang dibeli dan dioperasikan perusahaan
penerbangan Pelita Air Service (PAS) yang merupakan anak perusahaan Pertamina.
Model interior pesawat ini tentu dimodifikasi untuk kebutuhan kepresidenan. Di
dalamnya ada tempat khusus presiden yang terpisah dari penumpang lain. Pesawat
yang awalnya bisa membawa 85 penumpang, setelah dimodifikasi hanya berkapasitas
40 penumpang.
Selain itu, Presiden Soeharto juga mempunyai pesawat kepresidenan jenis BAe-146
buatan British Aerospace, Inggris. Dia juga menggunakan pesawat DC-10 milik GIA
saat berkunjung ke luar negeri. Di dalam pesawat itu ada kamar tidur khusus
presiden. Pesawat kepresidenan lain yang dipakai Presiden Soeharto adalah
pesawat jenis A330. Ini pesawat kepresidenan pertama dari perusahaan Airbus.
Pesawat inilah yang sering dipakai Presiden Soeharto hingga dia lengser pada
1998.
Menghemat Anggaran
Sejauh ini memang belum dipastikan siapa yang akan
mengelola pesawat kepresidenan RI. Hal ini karena pesawat itu baru akan dipakai
2013 mendatang. Sejumlah pihak menyarankan, pesawat itu dikelola TNI. Karena
hanya TNI yang bisa mengatasi keadaan tak menentu di saat tak terduga. Kondisi
ini merujuk pada pesawat kepresidenan Amerika Serikat yang juga dikelola
institusi militer.
Terkait suara-suara yang merasa keberatan dengan
keputusan pembelian pesawat khusus kepresidenan RI, juru bicara presiden Julian
Aldrin Pasha enggan berkomentar. Julian
berdalih, soal ini sudah dijelaskan pihak Setneg. Menurut Lambock, sejak tahun 2005-2009 pemerintah
telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 813,7 miliar untuk perjalanan dinas
kepala negara. Sementara, harga pesawat Boeing 737-800 Business Jet 2 yang
dibeli pemerintah adalah Rp 910,2 miliar dengan masa jangka pakai 35 tahun.
Harga tersebut, dinilai masuk akal
dan wajar untuk pembelian satu unit pesawat kepresidenan. Jika tidak memiliki
pesawat sendiri, maka pemerintah akan terus mengeluarkan anggaran untuk
perjalanan udara presiden dan wakil presiden ke daerah dan luar negeri.Walau begitu
pilihan pada BBJ2 disayangkan banyak pihak. Karena Indonesia memiliki PT
Dirgantara Indonesia (PT DI) yang diyakini bisa memproduksi pesawat sejenis.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!