Daftar Isi

Friday, August 17, 2012

nyamannya pesawat kepresidenan RI


Indonesia sepertinya tak mau kalah dengan Amerika Serikat yang memiliki pesawat kepresidenan Air Force One. Walau masih mendapat kritik keras dari berbagai pihak, pesawat kepresidenan yang bakal menjadi tunggangan resmi RI 1 bakal segera parkir di hanggar. Adalah Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara (Setneg), Lambock V. Nahattands, yang mengaku Indonesia telah melunasi harga badan pesawat Boeing Business Jet 2 Green Aircraft yang dipesannya.


Harganya tidak tanggung-tanggung; US$58,6 juta atau Rp525,9 miliar. Jika ditambah biaya administrasi, harga pembelian itu menjadi Rp526,143 miliar. Belum lagi untuk biaya penambahan interior dan sistem keamanan. Total mencapai Rp 910,2 miliar. Menurut Lambock, pembayaran dilakukan dalam tiga tahap berdasar kontrak yang dikeluarkan Menteri Keuangan pada 21 Desember 2010 lalu."Pembayaran tahap pertama dilakukan tahun 2010," kata Lambock di Setneg, Jakarta, Kamis 9 Februari 2012.

Lambock mengungkapkan, dalam pengadaan pesawat kepresidenan ini, Setneg telah membentuk tim yang bertugas menyusun spesifikasi teknis beserta anggarannya sesuai standar pengamanan VVIP. Tim terdiri atas unsur Sekretariat Negara, Sekretaris Militer Presiden, Mabes TNI AU dan Paspampres, serta PT Garuda Indonesia. Dari berbagai pabrikan pesawat yang ada di dunia, pemerintah memilih untuk memesan pesawat kepresidenan dari pabrikan Boeing. “Soalnya jenis pesawat ini menguntungkan ditinjau dari segi operasional dan perawatan,”alasan Lambock.


Didesain Untuk VVIP
Segi operasional dan perawatan pesawat memang menjadi pertimbangan utama, demi efesiensi anggaran.  Kata Lambock, dari segi operasional, pemerintah menganggap para pilot di dalam negeri, termasuk pilot TNI AU, lebih siap dan mengenal pesawat jenis Boeing. Sementara dari segi perawatan, lebih banyak dan siap serta memiliki kapabilitas yang memadai dibanding untuk perawatan pesawat merek lain.  Selain itu, pesawat Boeing telah banyak digunakan untuk penerbangan VVIP negara-negara di dunia.

Kriteria dan spesifikasi pesawat kepresidenan yang dibuat pemerintah adalah mampu terbang jauh sekitar 10-12 jam, mampu mendarat di bandara kecil, dan memuat kapasitas rombongan presiden yang berjumlah sekitar 50 orang. Kriteria lain adalah memiliki peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation dan inflight entertainment yang khusus.  Mengutip dari Boeing.com, pesawat Boeing Business Jet 2 ini memang didisain untuk keperluan Very Very Important Person (VVIP).


Boeing Business Jet 2 (BBJ2)  ini memiliki panjang sekitar 39,5 meter, panjang sayap 35,8 meter, tinggi ekor 12,5 meter dan memiliki diameter 3,73 meter. Untuk interiornya, BBJ2 ini memiliki panjang 29,97 meter, dengan tinggi 2,16 meter dan lebar 3,53 meter. Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar, pesawat ini dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Namun jika pesawat berisi maksimal 50 orang, maka jarak tempuhnya mencapai 8.630 kilometer. Jarak tempuh itu bisa dilalui dengan kecepatan maksimal 871 kilometer per jam.

Untuk pesawat kepresidenan RI yang sudah dibayar,  saat ini pabrik Boeing tengah memasang enam tangki bahan bakar. Ini agar pesawat bisa terbang nonstop selama 10-12 jam. Pemasangan tangki dilakukan oleh PATS Aircraft System, dan dijadwalkan selesai pada April 2012.

Setelah pemasangan keenam tangki itu,pekerjaan selanjutnya adalah memasang interior kabin dan sistem keamanan yang dilakukan oleh completion center. Untuk pemasangan kedua kelengkapan itu, saat ini proses lelang sedang berjalan, dan pemenangnya ditentukan akhir Februari 2012. Kata Lambock, pekerjaan interior cabin dan security system akan dimulai Mei 2012 dan diperkirakan selesai Agustus 2013.

Varian Boeing 737
Laiknya pesawat kepresidenan, kemewahan, keamanan dan kenyamanan memang menjadi perhatian utama.  Seperti tertulis di situs Boeing.com, Boeing Business Jet 2 adalah varian dari Boeing Jet 737. Jet ini merupakan perpaduan antara kecanggihan teknis, kemewahan dan design. Konsep desain interior rancangan BMW Group Designworks USA ini dikenal dengan sebutan konsep kabin luxurius. Sebuah konsep design interior yang baru pengganti konsep lama dalam pesawat terbang yaitu konsep tiga dimensi pembawa nuansa ruang lebih luas.

Sejumlah fasilitas wah tersedia di dalamnya.  Misalnya, ruang bar atau dapur berlantai terbuat dari kaca tembus pandang sehingga penumpang dapat melihat ruang lainnya. Pada dek lantai dua terdapat ruang televisi berlayar lebar dan ruang tidur utama. Juga dua buah ruang tidur untuk tamu, ruang olah raga dan perlengkapan standar jet mewah lainnya seperti ruang konferensi, kamar mandi dengan shower mewah serta  ruang makan. Pesawat juga dilengkapi garasi kendaraan dengan mempergunakan ruang kargo.

Selain Indonesia, negara-negara pengguna pesawat jenis ini adalah Australia dan Kerajaan Maroko yang memiliki dua pesawat. Belarusia, Kolombia, Madagascar, Malaysia, Nigeria, Afrika Selatan dan Republik Tunisia masing-masing satu buah pesawat, serta enam pesawat Kerajaan Uni Emirat Arab. Australia menggunakan BBJ2 sejak 2002 yang didalamnya dilengkapi dengan berbagai perangkat komunikasi canggih.  Sedangkan Malaysia memiliki BBJ2 sejak 2003 yang digunakan perdana menteri dan keluarga kerajaan.

Sebelum memutuskan membeli pesawat khusus kepresidenan, sebetulnya Presiden SBY juga punya pesawat kepresidenan khusus yang disewa dari Garuda. Dalam berbagai kunjungan kenegaraan, SBY kerap memakai pesawat jenis Airbus A330 dengan sejumlah variannya . Misalnya 330-341serta A330-300 merupakan dua varian dari A330 yang sering dipakai Presiden SBY kunjungan kerja ke luar negeri. 

Dalam kondisi normal, pesawat jenis ini sebenarnya bisa mengangkut hingga 293 penumpang. Namun, setelah menjadi pesawat kepresidenan, pesawat ini sudah dimodifikasi sesuai tingkat kebutuhan presiden hingga hanya bisa memuat maksimal 140-an penumpang. Tentu dengan fasilitas dan kemewahan sekelas seorang kepala negara.

Pesawat Khusus Presiden RI
Sejak era kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia sebenarnya mempunyai pesawat khusus kepresidenan. Kala itu pesawat yang dipakai Bung Karno adalah pesawat jenis Ilyushin Il-18. Pesawat ini pemberian dari Pemerintah Rusia. Pesawat yang diberi nama Dolok Martimbang inilah yang selalu membawa Bung Karno ke seluruh Nusantara.


Selain pesawat terbang jenis Ilyushin Il-18, Bung Karno juga pernah memakai pesawat jenis Boeing 707 sebagai pesawat kepresidenan. Pemakaian pesawat jenis ini oleh Bung Karno dilakukan tidak lama setelah Presiden Amerika Serikat juga memakai jenis yang sama. Pesawat Boeing 707 bukan milik negara, namun milik perusahaan penerbangan Pan American Airways (Pan-Am) yang disewa pemerintah. Penyewaan pesawat ini lengkap dengan para awaknya untuk melayani presiden selama perjalanan.

Selain pesawat khusus kepresidenan, pada 1961 ketika berkunjung ke Washington, AS dia diberi hadiah sebuah Holikopter Sikorsky oleh Presiden AS John F Kennedy. Moda transportasi udara itu oleh Bung Karno dijadikan helikopter kepresidenan. Helikopter inilah yang sering dipakai Bung Karno ketika berkunjung ke Istana Bogor setiap akhir pekan. Bung Karno juga pernah memakai pesawat Jetstar yang dibeli pemerintah dari perusahaan Lockheed.


Saat pergantian pemimpin pemerintahan tampaknya pesawat kepresidenan juga berganti. Presiden Soeharto yang menggantikan Bung Karno tidak pernah memakai pesawat yang pernah pendahulunya itu. Pada awal pemerintahan Presiden Soeharto menggunakan pesawat C-130 Hercules milik TNI AU untuk kunjungan dalam negeri. Ketika lawatan ke luar negeri, Presiden Soeharto menyewa pesawat milik Garuda Indonesia Airways (GIA). Dalam lawatan pertamanya ke luar negeri pada era 1966, Soeharto saat masih menjadi Pj Presiden mempergunakan pesawat jenis DC-8.



Setelah perekonomian mulai membaik, Presiden Soeharto mempunyai pesawat kepresidenan jenis Fokker F-28 yang dibeli dan dioperasikan perusahaan penerbangan Pelita Air Service (PAS) yang merupakan anak perusahaan Pertamina. Model interior pesawat ini tentu dimodifikasi untuk kebutuhan kepresidenan. Di dalamnya ada tempat khusus presiden yang terpisah dari penumpang lain. Pesawat yang awalnya bisa membawa 85 penumpang, setelah dimodifikasi hanya berkapasitas 40 penumpang.



Selain itu, Presiden Soeharto juga mempunyai pesawat kepresidenan jenis BAe-146 buatan British Aerospace, Inggris. Dia juga menggunakan pesawat DC-10 milik GIA saat berkunjung ke luar negeri. Di dalam pesawat itu ada kamar tidur khusus presiden. Pesawat kepresidenan lain yang dipakai Presiden Soeharto adalah pesawat jenis A330. Ini pesawat kepresidenan pertama dari perusahaan Airbus. Pesawat inilah yang sering dipakai Presiden Soeharto hingga dia lengser pada 1998.

Menghemat Anggaran
Sejauh ini memang belum dipastikan siapa yang akan mengelola pesawat kepresidenan RI. Hal ini karena pesawat itu baru akan dipakai 2013 mendatang. Sejumlah pihak menyarankan, pesawat itu dikelola TNI. Karena hanya TNI yang bisa mengatasi keadaan tak menentu di saat tak terduga. Kondisi ini merujuk pada pesawat kepresidenan Amerika Serikat yang juga dikelola institusi militer.

Terkait suara-suara yang merasa keberatan dengan keputusan pembelian pesawat khusus kepresidenan RI, juru bicara presiden Julian Aldrin Pasha enggan berkomentar.  Julian berdalih, soal ini sudah dijelaskan pihak Setneg. Menurut Lambock, sejak tahun 2005-2009 pemerintah telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 813,7 miliar untuk perjalanan dinas kepala negara. Sementara, harga pesawat Boeing 737-800 Business Jet 2 yang dibeli pemerintah adalah Rp 910,2 miliar dengan masa jangka pakai 35 tahun.

Harga tersebut, dinilai masuk akal dan wajar untuk pembelian satu unit pesawat kepresidenan. Jika tidak memiliki pesawat sendiri, maka pemerintah akan terus mengeluarkan anggaran untuk perjalanan udara presiden dan wakil presiden ke daerah dan luar negeri.Walau begitu pilihan pada BBJ2 disayangkan banyak pihak. Karena Indonesia memiliki PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang diyakini bisa memproduksi pesawat sejenis.  

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!