Film klasik “Lewat Djam
Malam” (LDM) akhirnya diputar di Festival Film Cannes, Perancis. Inilah pertama
kali film klasik Indonesia menarik perhatian sineas terkenal Hollywood, Martin
Scorsese, yang merestorasi kembali film tersebut, sebelum diedarkan di depan
publik.
Film karya sutradara
besar Usmar Ismail itu diproduksi tahun 1954. Awalnya, film berformat hitam
putih itu dalam kondisi yang mengenaskan dan tidak layak tonton. Setelah selama 1,5 tahun direstorasi, film
itu diputar di ajang Cannes Film Festival
2012 pada 17 Mei lalu. LDM diputar lewat acara Cannes Classic dan mendapat
apresiasi besar dari para sineas internasional yang hadir disana.
Keberhasilan LDM direstorasi adalah berkat kerja keras pihak Konfiden, Kineforum
dan Sinematek. Ketiga institusi ini berkolaborasi dengan pihak National Museum
of Singapore (NMS) yang akhirnya menyerahkan LDMpada L'Immagine Ritrovata, di Bologna Italia, satu-satunya
laboratorium film di dunia yang fokus pada restorasi film. Kebesaran LDM pun
akhirnya menarik minat World Cinema Foundation (WCF) yang turut membantu dalam
hal pembiayaan restorasi. WCF adalah yayasan yang didirikan oleh sineas besar
Hollywood; Martin Scorsese.
Tamparan Bagi Bangsa
Jalan untuk merestorasi
film ini dimulai tahun 2010 lalu, ketika perwakilan National Museum of
Singapore, Philip Cheah, menghubungi Lisabona Rahman selaku manajer program
Kineforum Dewan Kesenian Jakarta. Philip menawarkan penerbitan Katalog Film
Indonesia karya JB Kristanto dalam Bahasa Inggris. Dalam perjalanannya, ide
restorasi kemudian dimunculkan,walau, proses restorasi sendiri tidak semulus
yang dikira.
Berthy Ibrahim selaku
Kepala Sinematek Indonesia menyatakan, diperlukan waktu lama untuk merestorasi
film ini hingga sempurna. “Kondisi film yang sudah sangat rusak bahkan
dihinggapi oleh jamur membuat proses restorasi berjalan lambat,” ujar Berthy.
Memang setelah jadi, pekerjaan itu tidak sia-sia. LDM berhasil ditampilkan
dengan mulus, termasuk tata suara yang jernih hingga berhasil membetot
perhatian penonton festival film Cannes.
Terpilihnya LDM untuk
direstorasi sendiri bukanlah tanpa alasan. Ada diskusi panjang menyertainya,
sebelum keputusan diambil. Salah satunya adalah menimbang sosok Usmar Ismail.
Selain sebagai bapak perfilman Indonesia, Usmar juga merupakan seorang
sutradara Indonesia pertama yang memperlakukan film sebagai ekspresi pribadi.
Menurut JB. Kristanto, penggagas restorasi, LDM dipilih karena film ini
memiliki kualitas naratif serta kepentingan sejarahnya yang luar biasa.
Film LDM memuat sejumlah
wawasan penting tentang masyarakat Asia Tenggara dan transisinya menjadi bangsa
yang merdeka. Film ini juga meraih penghargaan bersama film Tarmina sebagai
film terbaik Festival Film Indonesia tahun 1955. Pemeran utamanya, A.M.Alcaff
juga terpilih sebagai aktor terbaik di ajang yang sama. Mungkin bisa disebut
film ini karya terbaik Usmar Ismail. Film ini dipertunjukan pertama kali pada 5 Desember 1954 di
Kebondjae, Tanah Abang, Jakarta.
Pesan moral yang
disampaikan Asrul Sani lewat skenario LDM juga sangat kuat. Asrul membubuhkannya lewat catatan di
akhir film.“Kepada mereka yang telah memberikan sebesar-besar pengorbanan
nyawa mereka, supaya kita yang hidup pada saat ini dapat menikmati segala
kelezatan buah kemerdekaan. Kepada mereka yang tidak menuntut apapun buat diri
mereka sendiri.” Ada ironi. Ada tragedi. Pesan ini masih relevan dikenang
di zaman sekarang. Bahwa seringkali buah dari revolusi itu yang menikmati
bukanlah pejuang revolusi, tapi para penghianat revolusi.Sementara pejuang
sesungguhnya lebih hanya menghitung dosa-dosa.
Apa yang diungkap Asrul, kemudian dibahasakan secara filmis oleh
Usmar Ismail bisa jadi sebuah tamparan menyakitkan bagi bangsa ini. Namun
diluar soal tema, decak kagum pantas kita berikan, mengingat peralatan dan
teknologi pembuatan film di tahun 1954 belumlah secanggih sekarang. Tapi Usmar
berhasil membuat film yang bagus. Jika disebut ada kelemahan, barangkali terletak pada gaya narasi berpanjang-panjang di
akhir film,serta pengungkapan kegelisahan tokoh utamanya yang kurang subtil dan
terlampau fisik.
Perhatian Pemerintah
Alex Sihar dari Komite
Film Dewan Kesenian Jakarta yang juga Ketua Yayasan Konfiden, mengatakan
restorasi film LDM diharapkan bisa membuka mata banyak pihak tentang pentingnya
arsip film bagi sejarah bangsa. Restorasi yang seharusnya dibiayai oleh Pemerintah
cq kementerian kebudayaan, tapi nyatanya dibiayai oleh pihak lain. Fakta ini
menuai keprihatinan berbagai pihak, sampai almarhum Misbach Yusa Biran
berinisiatif untuk menyimpan dan mengarsip film nasional, lewat lembaga
Sinematek yang dikelolanya.
Terkait keterlibatan
Martin Scorsese, beberapa kritikus film mengatakan restorasi film yang
dilakukan pihak asing menunjukkan bahwa Indonesia teledor terhadap kearsipan
film yang merekam jejak kebudayaan bangsa. Karya film adalah rekam jejak
budaya, karena setiap karya film yang dibuat pasti memuat unsur budaya dan
kondisi budaya dan menggambarkan situasi saat film tersebut dibikin. Rekaman
itulah yang merupakan informasi yang sangat berharga, yang merupakan jejak
sejarah dan budaya.
Untuk menyebarkan pesan positif
film LDM, film ini akhirnya diputar secara komersial di bioskop Indonesia.
Pemutaran film ini diharapkan dapat menarik minat publik terhadap pelestarian
artefak film yang tersimpan di pusat informasi dan dokumentasi film Indonesia.
Para sineas juga berharap, dengan proyek perdana ini, nantinya pemerintah
mempunyai perhatian terhadap dokumentasi film Indonesia, dan mau membiayai
restorasi film karya sineas Indonesia masa lalu.
Sosok Usmar Ismail
Bicara soal LDM, tentu
tak bisa lari dari sosok Usmar Ismail, yang berhasil meramu LDM menjadi sebuah
tontonan yang memikat.Usmar lahir pada tahun 1921 di Bukittinggi, Sumatera
Barat dan meninggal pada tahun 1971. Di tahun 1946, saat kembali ke Jakarta
setelah mengungsi di Yogyakarta, sebagai wartawan yang ikut meliput Perjanjian
Renville, Usmar Ismail ditangkap pihak Belanda dan baru dibebaskan pada tahun
1949.
Pada bulan Maret 1950, Usmar membentuk Perusahaan Film Nasional Indonesia
(PERFINI) dengan kantor pusatnya di Jl. Menteng Raya, Jakarta Pusat. Di saat
yang sama, bersama Djamaluddin Malik (ayahanda Camelia Malik) Usmar membentuk
Perseroan Artis Film Indonesia (PERSARI). Dari sinilah lahir film The Long Marchatau Darah dan Doa yang syuting pertamanya pada 30 Maret 1950. Pada
tanggal itulah dijadikan sebagai Hari Film Indonesia atau hari kelahiran Film
Indonesia.
Pada tahun 1952 - 1953, Usmar Ismail sempat mengenyam studi di Universitas Los
Angeles jurusan film dan mendapat gelar Bachelor Of Art. Usai sekolah, tahun
1954 Usmar Ismail dan Djamaludin Malik mulai membentuk organisasi Gabungan
Produser Film Indonesia, kemudian menjadi Perserikatan Produser Film Indonesia
dan akhirnya berubah menjadi
Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI). Saat PKI menguat, Usmar Ismail,
Djamaluddin Malik dan Asrul Sani bergabung dengan LESBUMI (Lembaga Seniman
Budaya Muslim Indonesia) yang merupakan organ dari Partai Nahdlatul Ulama (NU).
Tahun 1955, nasib perfilman Indonesia mengalami masa surut karena harus
menghadapi persaingan ketat dari film-film Malaya (Malaysia kini) dan menyusul
maraknya film-film India. Film asal kedua negara ini sangat menyedot penonton
kelas menengah dan bawah. Sementara bioskop-bioskop kelas atas menolak memutar
film nasional dan dimonopoli oleh film-film impor dari Amerika Serikat (dengan AMPAI-nya),
J. Arthur Park dari Inggris dan beberapa film dari perusahaan film dari
Belanda.
Namun di tahun yang sama, Festival Film Indonesia lahir dan menuai hasil yang
kontroversial. Saat itu Film Terbaik jatuh pada Lewat Djam Malam karya Usmar Ismail, tetapi Sutradara Terbaik
adalah Lilik Soedjio lewat film Tarmina. Sementara Aktor dan Aktris Terbaiknya
masing-masing dua orang dari kedua film itu: AN Alcaff dan Abdul Hadi serta
Dhalia dan Fifi Young. Nama Usmar Ismail semakin melegenda, saat tahun 1960 berhasil
mengantar Suzanna sebagai Artis Cilik Terbaik di film Asmara Dara di ajang
Festival Asia di Tokyo. Sejarah kemudian mencatat Usmar Ismail sebagai bapak
perfilman Indonesia.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!