Audy dan Iko konpers |
Setelah adzan maghrib berkumandang, café Rolling
Stone di bilangan Kemang, Jakarta Selatan itu saya sambangi. Hal pertama yang saya
ingat, tentu saja mencari minuman dan camilan untuk membatalkan puasa. Saat
masuk ke dalam, saya sempat celingukan, karena tak ada menu buka puasa yang
biasa disajikan, ketika ada acara buka puasa bersama. Pada waiters café, saya
tanya apakah benar sore itu ada acara buka puasa bersama Audy dan suami
barunya, Iko Uwais.
Si waiters membenarkan. Malam itu Audy akan nyanyi. Karena sudah masuk waktu buka
puasa, saya mencoba cari informasi, di mana hidangan untuk buka puasa
diletakan. Tapi si waiters bilang, tidak ada minuman atau makanan untuk buka
puasa. “Sepertinya yang dikasih pembuka puasa cuma wartawan yang mendapat tanda
khusus,”ujar si waiters. Saya penasaran. Kartu pers dan ID card kantor saya
keluarkan. Tapi si waiters tetap tidak bisa membantu.
Seorang anak muda bertuliskan ‘team Audy’ segera saya
dekati. Tapi sama saja, tak ada solusi. Bahkan anak muda itu mengaku tidak tahu
menahu soal makanan pembuka puasa. Dia malah bilang, kalau mau buka puasa harus
bayar sendiri. Waduh, wedus iki…..Masa mengadakan acara dan ngundang wartawan
kok malah disuruh bayar makan sendiri. Di café lagi? Emang murah makan di café.
Karena tak bisa memberi jalan keluar, personil ‘team Audy’ itu akhirnya
menyerahkan saya pada manajer Audy.
Namanya tak usahlah saya sebut. Karena nyatanya
kebijakannya sama. Tak ada makanan dan minuman buat wartawan. Saat SMS undangan
itu saya perlihatkan, si manajer bahkan bilang tidak pernah mengundangnya.
Cuma, dia bilang kalau mau buka puasa bisa membantunya. Saya duduk dengan hati
kesal. Tak lama, dia membawa secangkir kecil kolak. Karena sudah haus, kolak
itu saya tandaskan. Seorang jurnalis yang mendapat undangan resmi di sampingku
membocorkan informasi.”Banyak juga tuh teman-teman wartawan yang kecele. Mereka
akhirnya keluar untuk buka puasa,”ujar pria itu.
Iko antara Audy dan Jane Salimar |
Usai menyantap kolak, saya segera keluar. Sebotol air
minum dan tiga kacang goreng saya beli untuk mengganjal perut. Kebetulan di
sekitar café tak ada warung. Kondisi ini saya sampaikan ke redaktur pelaksana
(redpel). Tapi dia malah tersinggung dan bilang dapat undangan dari grup BBM
wartawan. Oalah, pantesan. Kalau saya pribadi buat apa diliput kalau Audy-nya
ogah modal seperti ini?Apalagi sponsornya Djarum, yang terkenal royal sama
wartawan. Lha, ini cuma untuk buka puasa saja kok sama sekali tidak disediakan.
Saya bilang sama redpel, perlakuan mereka membuat saya
malu. Tidak diundang liputan, dan disuruh bayar sendiri untuk buka puasa, ini
sungguh-sungguh sebuah tamparan keras sepanjang saya menggeluti profesi jurnalistik. Tapi karena harus tetap diliput,
terpaksa saya tunggu juga. Usai Audy dan Iko ngomong, saya sempat minta waktu
lagi untuk wawancara dengan Iko lewat sang manajer. Tapi, manajer Audy bilang
nanti dulu karena Iko baru selesai makan.
Sebetulnya jika bukan karena tanggung jawab profesi,
sudah sejak tadi café Rolling Stone saya tinggalkan. Iko tak kunjung mau memberi
waktu. Fellingku mengatakan, dia enggan diwawancara. Biasalah. Bintang baru
kalau lagi naik daun begitu perlakuannya pada wartawan. Dulu sebelum terkenal,
ke mana-mana dia nguntit Jane Shalimar, termasuk ke acara-acara kantorku. Saat
itu, tak ada wartawan yang melirik, apalagi mewawancarainya. Sekarang?Oh, lain
sudah lagaknya.
Iko saat masih dengan Jane |
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!