Daftar Isi

Wednesday, June 13, 2012

foto bareng Iwan fals?wani piro?

Boleh saja sosok Iwan Fals dipuja puji komunitas OI seperti orang suci. Tapi untuk soal empati, Iwan ternyata hanya berkoar-koar sebatas syair lagu belaka. Saya tidak heran. Inilah kedahsyatan pencitraan, yang selama bertahun-tahun dibangun Iwan dengan susah payah. Saya katakan ia tak memiliki empati, karena sebagai penyanyi terkenal, Iwan paling tidak suka jika dimintai foto bareng oleh penggemarnya. Rumor itu sudah lama saya dengar, termasuk sikapnya yang selalu menjaga jarak dengan awak media.
Iwan Fals di sebuah konser

Peristiwa menjelang konser ijo royo-royo di Boyolali, Jawa Tengah,  awal Juni 2012, menjadi penegasan asumsi saya. Ceritanya, beberapa jam sebelum naik panggung, semua artis pendukung acara melakukan sesi foto. Tak terkecuali Iwan, yang sore itu memakai t-shirt warna krem dan celana ¾  putih dengan motif garis-garis hitam. Dia sedang merokok sambil ngobrol, ketika dipanggil untuk ikut sesi foto bersama wartawan. Iwan kemudian datang, sambil diiringi Cikal, anaknya yang kerap mendampinginya dalam berbagai acara konser.  

Sebetulnya di area pemotretan tak ada masyarakat yang ingin sekedar melihat Iwan. Di dekat taman hotel hanya berkumpul para wartawan, artis pengisi acara, musisi-musisi pendukung dan panitia pentas ijo royo-royo.  Iwan mendapat sesi foto terakhir, setelah Sawung Jabo, Toto Tewel, Ian Antono dan Oppie Andaresta di potret. Ia didampingi musisi pengiringnya, termasuk Cikal yang  ngintil terus seperti pengawal pribadi. Usai difoto wartawan, tidak disangka panitia penyelenggara yang mayoritas laki-laki segera menyerbu Iwan. Tujuannya cuma satu; ingin foto bersama.

Satu dua orang dilayani Iwan. Namun saat yang lain juga antusias ingin berfoto, dengan cepat Cikal langsung mencegahnya. “Stop,stop,stop…”katanya. Kebetulan saya memang agak jauh duduknya dari lokasi pemotretan. Tapi dari kejauhan pula, saya melihat ekspresi kecewa para penggemar Iwan yang juga panitia acara. Penyanyi balada dan lagu country itu langsung berjalan menjauh, tanpa basa-basi lagi.

Cerita lebih seru justru saya dapatkan, ketika saya menumpang mobil untuk menuju lokasi konser. Di dalam mobil, para anak muda yang sempat meminta foto bareng dengan Iwan menceritakan kekecewaannya. “Masa baru tiga jepretan langsung dihentikan Cikal. Sudah gitu dia bilang ‘tarif,tarif’. Ya akhirnya aku mundur. Males minta foto bareng aja minta bayaran,”ujar laki-laki dalam mobil. Info ini sempat saya cek ke beberapa orang lain. Ternyata benar adanya.

Pentas Iwan sendiri cukup sukses. Tapi sepanjang 45 menit jatah waktu dia, tak sekalipun Iwan menyapa penonton, yang kebanyakan komunitas OI dari berbagai daerah. Ia lebih suka monolog, untuk mengantar dari satu lagu ke lagu berikutnya. Anehnya, sambutan meriah masih tetap diberikan. Bahkan ada yang seperti orang kesetanan. Anak-anak baru gede itu rupanya tak pernah  berinteraksi langsung.  Jujur saja, saya dulu suka lagu-lagunya. Tapi setelah merasakan sendiri tingkah Mbak Yos, istri Iwan sekaligus manajernya, saya langsung stop.

Saat kami menuju hotel usai bubaran pentas, hal ini menjadi bahan diskusi di mobil. Kami menduga, Cikal tidak secara spontan bertingkah tak simpatik seperti itu. Mungkin dia sudah dibrief sama ibunya. Tidak mungkin Cikal bersikap seperti itu tanpa “arahan” dari orang tuanya. Atau, Iwan memang membiarkan karena merasa dirinya sudah punya nama besar. Jika memang begitu adanya, sungguh amat disayangkan. Apa susahnya bilang “maaf”, ketika memang ingin menolak penggemar untuk foto bersama. Pakai saja alasan, mau istirahat atau ada kegiatan lain. Tidak langsung menolak, apalagi sambil berteriak “tarif,tarif, tarif”, seperti kondektur bus kota saja.   

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!