Iwan habis makan |
Sampai di Solo, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil. Kami, rombongan wartawan, ditempatkan disebuah hotel bernama Puri Merbabu Asri, dekat terminal Boyolali. Ini hotel kecil. Bahkan kamarnya mirip kamar kontrakan. Lebih mengenaskan lagi, kami cuma dikasih handuk. Terpaksa saya beli sendiri sabun, odol dan sikat gigi. Tidak lupa sandal jepit, karena di hotel tidak dibagikan sandal.
Acara pertama adalah jamuan makan siang. Usai bersantap ria di rumah kakaknya bupati Boyolali, rombongan dihibur dengan tarian topeng ireng. Tarian energik ini dipakai untuk menyambut para tamu istimewa. Dandanannya mirip suku Aborigin di Australia. Seperti biasa, Iwan jadi pusat perhatian. Banyak orang yang ingin berfoto bersama atau sekedar berjabat tangan. Cikal, anak perempuannya sibuk menolak permintaan para fans Iwan.
Acara pertama adalah jamuan makan siang. Usai bersantap ria di rumah kakaknya bupati Boyolali, rombongan dihibur dengan tarian topeng ireng. Tarian energik ini dipakai untuk menyambut para tamu istimewa. Dandanannya mirip suku Aborigin di Australia. Seperti biasa, Iwan jadi pusat perhatian. Banyak orang yang ingin berfoto bersama atau sekedar berjabat tangan. Cikal, anak perempuannya sibuk menolak permintaan para fans Iwan.
Sudah jamak terjadi, jika tour ke mana-mana, Iwan selalu ditemani Mbak Yos, istri sekaligus manajernya. Tapi kali ini tugas itu diambil alih oleh Cikal. Mbak Yos sangat protektif pada Iwan. Tak sembarang wartawan bisa dikasih waktu untuk wawancara. Di Jakarta, sudah terkenal jika Iwan Fals amat pelit meluangkan waktu untuk ngobrol. Sebetulnya Iwan orangnya baik. Cuma manajernya saja yang terlalu ketat. Rupanya, hal ini juga dilakukan Cikal.
Setelah makan siang, karena Iwan dan wartawan tidur di hotel yang berbeda, kami melakukan kegiatan sesuai agenda masing-masing.Kami sempat naik ke lereng Gunung Merapi. Tujuannya untuk liputan rubrik wisata, sekalian hunting foto matahari terbit. Berangkat dari hotel pukul 04.00. Bayangkan betapa dinginnya. Begitu sampai dilereng tertinggi yang bisa dicapai mobil, saya hampir saja "mati". Pagi buta tanpa jaket berada di ketinggian 2300 meter di atas permukaan laut, dengan kondisi alam habis diguyur hujan, bukanlah ide yang baik.
Karena tak kuat, saya memilih masuk mobil. Mas Joko, ketua anak cabang PDI Perjuangan di Boyolali yang setia mengantar kami, juga ikut-ikutan masuk. Dia punya penyakit yang sama dengan saya; tidak kuat udara dingin. Setelah menunggu cukup lama kabut tak juga menyingkir, terpaksa kami memutuskan untuk turun. Sehari sebelumnya, Iwan Fals juga naik ke lereng ini dan melihat-lihat keasrian Merapi. Iwan bisa melihat puncak, karena saat itu tidak tertutup kabut tebal.
Acara inti hari ulang tahun kota Boyolali adalah konser musik ijo royo-royo. Sebelum pentas, panitia menggelar konferensi pers bersama artis-artis pendukung di pendopo rumah dinas bupati. Acara didahului dengan penyerahan piala pada anak-anak sekolah dasar yang berprestasi. Acara formal selesai, kami digiring ke belakang. Semua berkumpul dan masing-masing artis diberi kesempatan bicara, sebelum dilanjutkan sesi tanya jawab.
Bupati Boyolali, Drs. Seno Samudro, rupanya terkesan dengan Iwan Fals. Tanpa sungkan, ia mengaku selalu teringat dengan syair lagu Iwan, yang menjadi inspirasi anak muda untuk melakukan reformasi di negeri ini. "Kalau tidak salah, bunyi syairnya begini,' Ternyata kita harus berjalan. Robohkan syetan yang berdiri mengangkang',"ujar pak bupati. "Nah, mas Iwan sebagai penyanyi lagu itu, bagaimana tanggapan Mas Iwan terhadap jalannya reformasi di negeri ini,"tanya pak bupati, yang juga bekas wartawan oahraga ini.
semangkok bakso Boyolali |
Untung Pak Seno tidak mengulang pertanyaan serupa. Usai tanya jawab, kami semua dipersilahkan makan pagi. Saya sempat mencicipi gulai kambing yang enak benar. Sayang sebelumnya sudah makan 4 jadah goreng plus minum kopi di Pasar Selo, setelah turun dari puncak Merapi. Jadi ruang yang tersisa di perut tinggal sedikit. Saya lihat, sembari menguyah daging kambing yang empuk, Iwan Fals sedang suntuk menikmati makanannya di pojok ruangan.
Iwan pulang ke hotel, waktu semua wartawan Jakarta keluar untuk memotret beringin berumur ratusan tahun di belakang rumah dinas bupati. Karena waktu shalat Jum'at sudah mulai mepet, kami ikut terburu-buru meluncur ke hotel.
Sorenya para wartawan mengunjungi stage, pulang ke hotel lagi, beristirahat, bangun dan mengikuti acara seremonial penanaman sejuta pohon di Kabupaten Boyolali. Tapi saya memilih untuk tidak mengunjungi stage, karena ingin istirahat. Jadi cuma fotografer yang berangkat.
Hingga curhat ini saya tulis, pekerjaan belum selesai, sampai kami melihat Iwan Fals benar-benar beraksi di atas panggung malam harinya. Kali ini, lagu-lagunya bertemakan lingkungan hidup. Kalaupun kritik, ya terkait dengan perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan. Mungkin karena dunia politik kita tidak seenak bakso ya? Jadi mending ngomong soal lingkungan saja....gkgkgkgkg.
Sorenya para wartawan mengunjungi stage, pulang ke hotel lagi, beristirahat, bangun dan mengikuti acara seremonial penanaman sejuta pohon di Kabupaten Boyolali. Tapi saya memilih untuk tidak mengunjungi stage, karena ingin istirahat. Jadi cuma fotografer yang berangkat.
Hingga curhat ini saya tulis, pekerjaan belum selesai, sampai kami melihat Iwan Fals benar-benar beraksi di atas panggung malam harinya. Kali ini, lagu-lagunya bertemakan lingkungan hidup. Kalaupun kritik, ya terkait dengan perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan. Mungkin karena dunia politik kita tidak seenak bakso ya? Jadi mending ngomong soal lingkungan saja....gkgkgkgkg.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda!