Daftar Isi

Sunday, May 13, 2012

Mangga Atuh, Berantem ama Bodyguard

Kemunculan Bubu, pacar Syarini dalam pernikahan adiknya, Aisyahrani, segera mengundang berita miring. Syahrini selalu mengatakan, Bubu adalah warga negara Malaysia. Kemunculan ini, di satu sisi menepis anggapan jika sosok Bubu adalah fiktif belaka. Namun di sisi lain, karena Bubu dan Syahrini enggan membuka identitas, banyak yang bertanya-tanya, benarkah Bubu adalah lajang asal negeri jiran. Spekulasi lantas berkembang liar. Salah satunya dari Rico Ceper, yang "menuduh" Bubu adalah teman bermain futsal, anak seorang pengusaha di Bogor.

minggir,minggiiiir...
Maka saat Syahrini mengisi acara Festival Film Bandung (FFB), pertengahan Mei 2012, sejumlah pewarta infotainment pun mengincarnya. Awalnya, kami bisa memasuki tenda putih tempat Syarini berada. Setelah pamit minta waktu, Syahrini mau ngomong. Seperti biasa, omongan masih berkisar pada keikutsertaannya dalam acara FFB. Saat pertanyaan beralih ke topik komentar dia tentang pernikahan Anang Hermansyah, bekas rekan duetnya, Syahrini langsung bungkam. Sesi tanya jawabpun berakhir mendadak.

Pada sesi kedua, kami kembali mencoba mendekati tendanya. Setelah masuk, kami wawancara soal kiprah dia di FFB. Syahrini mau panjang lebar bicara. Tapi begitu ditodong pertanyaan soal Bubu, ia langsung mengakhiri wawancara. Asistennya sempat bilang, coba hubungi Rheindy, manajernya. Kata sang asisten, soal Syahrini mau ngomong Bubu atau tidak semua tergantung Rheindy. Celakanya, saya telepon berkali-kali tak diangkat. Di kirim pesan pendek maupun BBM sama saja. Rheindy seperti hilang ditelan bumi.

Karena  acara FFB cukup lama, kami semua menunggu mood Syahrini bagus. Tapi, entah kenapa, tiba-tiba akses menuju tempatnya ditutup oleh bodyguard. Bisa dibilang, semua wartawan tidak bisa lagi lalu lalang di  tenda para artis, termasuk tempat Syahrini. Maka kami menunggu dia keluar, entah nyanyi atau membacakan nominasi. Hingga kesempatan itu tiba. Usai Syahrini nyayi,  semua menyerbu. Syahrini dihadang dan seorang bodyguard membuka jalan yang tertutup oleh kamera. Tapi tetap saja Syahrini bungkam.

Tak lama, Syahrini melewati pintu pagar besi. Entah kenapa, dua orang body guard menutup pintu itu, hingga semua kameramen tertahan. Dalam kondisi seperti itu, semua kameramen marah. Ada seorang kameramen -kalau tidak salah dari Indigo- yang teriak-teriak seperti orang gila. Caci maki menyembur dari mulutnya. Kondisi semakin buruk, karena dari belakang juga didorong oleh teman-temannya, agar pintu besi itu terbuka. Karena kalah jumlah, pintu terbuka dan sang body guard menyingkir. Sayang, meski sudah berlari, Syahrini sudah memasuki mobilnya, Alphard putih B 1 SYR.
hei...tolong bantu kasih jalan!
Kecewa, para kameramen langsung menyerbu sang bodyguard. Dengan mengarahkan kamera yang masih menyala, mereka mencaci maki. Sang bodyguard bersikukuh, ia melakukannya karena Syahrini enggan diwawancara. Hampir saja saling hujat berbuah baku pukul. Saya yang risih, segera melerai mereka. Beberapa orang polisi bahkan ikut menenangkan suasana. Tapi caci maki terus berjatuhan. Gila. Akhirnya Uki Hastama, humas SCTV ikut turun tangan. Keributan berakhir setelah para kameramen digiring ke tenda pers.

Saya sendiri menegur keras fotografer saya yang ikut emosional. Untung dia tidak dikenal Uki. Pasalnya, Uki amat marah, mellihat kelakuan para kameramen itu. Uki bilang, kalau meliput ada aturan mainnya. Tidak bisa memaksakan kehendak. Saking emosinya, Uki bahkan berjanji akan intervensi, supaya kameramen dari Indigo itu tidak diperpanjang kontraknya. Saya sendiri tak tahu, bagaimana Uki bisa seoptimis itu. Saya cuma ikut menyayangkan insiden yang terjadi. Ini semakin menghancurkan citra pewarta infotainment, yang dikenal tak punya tata krama dalam liputan.

Saya lihat, bodyguard yang berjaga pintu masuk sudah tak ada. Mungkin sudah ditarik ke dalam. Tak berselang lama, Uki bicara dengan kameramen Indigo. Saya tak tahu apa yang dibicarakan keduanya. Dalam perjalanan pulang menuju Jakarta, usai acara sekitar pukul 02.00, saya kembali menegaskan pada fotografer, agar lain waktu jaga sikap. Karena kami bekerja membawa nama lembaga. Soal saling senggol dan dilarang foto atau wawancara, itu biasa dan jadi dinamika wartawan dalam bekerja. Jadi, buat apa marah-marah?Sudah wawancara tidak dapat, kita juga semakin tidak dihargai karena dianggap arogan. Bukan begitu teman-teman?

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda!