Daftar Isi

Saturday, March 17, 2012

Jepret,jepret,jepret...bayar dong

Menikahnya kembali Aa Gym, Maret 2012, disambut baik banyak pihak. Dengan kembali berkolaborasi, kedua orang pendakwah itu pasti akan menghasilkan sesuatu yang bagus. Minimal demi kebaikan ketujuh anaknya, yang selama ini ikut Teh Ninih di Bandung. Sementara Aa tinggal di BSD, Serpong, Tangerang bersama Teh Rini, yang berubah status menjadi "istri tua", setelah Teh Ninih kembali dirangkul. Bersatunya kembali si Aa bersama istri lamanya, juga diharapkan bisa kembali memunculkan sinar karisma Aa Gym, yang sempat redup setelah poligaminya terbongkar. Konon pula Teh Ninih kembali menerima Aa Gym, karena demi nama baik pesantren Darrut Tauhid.

Saya tidak ingin membahas soal di atas terlalu detil. Tapi ada pernyataan menarik dari adik Teh Ninih, yang menyebut salah satu faktor perceraian Aa Gym dan Teh Ninih adalah karena faktor popularitas. Saat masih runtang-runtung, popularitas Aa Gym, saya akui amat tinggi. Aa Gym dipandang seperti laki-laki sempurna oleh banyak kaum Hawa. Tak heran, penggemar si Aa kebanyakan kaum perempuan. Salah satu contohnya, saat Aa Gym mampir di kantor redaksi sebuah tabloid ibu kota untuk ceramah. Mayoritas pendengarnya adalah kaum ibu-ibu.

Saat itu, Aa menceritakan bagaimana ia belum berani kawin lagi. Kata Aa, ia belum dapat SIM dari Teh Ninih. SIM adalah kependekan dari Surat Ijin Menikah (lagi). Si Aa kembali menambahkan, lagi pula buat apa nambah istri lagi? Satu saja tidak bakalan habis. "Saya juga sering melihat istri saat tidur. Rasanya kasihan dia sudah melahirkan tujuh anak dari rahimnya. Aduh, saya bersyukur mendapat perempuan seperti dia (Teh Ninih),"kata Aa Gym. Bagaimana perempuan tidak klepek-klepek mendengar ceramah seperti ini?

Usai ceramah, layaknya selebritis, Aa Gym jadi obyek foto para jamaah. Anehnya, tidak seperti artis yang spontan melayani permintaan foto penggemarnya. Jamaah Aa Gym antri menunggu dengan tertib, dengan seorang juru foto yang nampak profesional. Lima orang maju. Jepret,jepret,jepret. Ganti lagi lima yang lain. Begitu seterusnya. Tentu saja Aa tak henti-henti menebar senyum. Karena penasaran, saya tanyakan hal itu pada salah satu peserta yang sedang menunggu giliran foto. "Kok tertib banget?Biasanya pada rebutan, saling mendahului pakai kamera sendiri,"kata saya.

Jawaban mengejutkan saya dapat dari si ibu. Katanya, mereka dikoordinir oleh orang Darut Tauhid dan mendaftar dulu. Siapa yang belum mendaftar jangan harap dikasih kesempatan. Kebetulan Aa Gym datang ke kantor redaksi tabloid atas undangan sebuah kelompok pengajian. Jadi relatif mudah mengenali, siapa yang jadi anggota pengajian dan ikut foto, serta siapa "orang luar". Cukup lama antrian foto-foto itu, dan Aa Gym tidak sedikitpun nampak lelah.

Awalnya saya berfikir foto-foto itu gratis. Seperti itulah yang terjadi pada para artis dan selebritis lain. Cerita orang ngajak foto orang lain dan harus bayar hanya saya dengar di pedalaman Papua. Konon karena mereka juga butuh uang. Jadi kalau kita ingin berpose dengan orang Papua yang pakai koteka, ya harus bayar. 

Tapi, si ibu yang sedang antri ini justru memberikan info yang membuat saya seperti mendengar petir disiang bolong. "Kata siapa gratis?Kita bayar kok untuk bisa foto dengan Aa?"ujarnya.

Sempat saya kejar berapa mereka merogoh kocek. Tapi si ibu tak mau menjawab."Yang jelas tidak gratis,"katanya. Saya langsung mafhum, kenapa yang sibuk motret justru orang dari Darrut Tauhid. Belakangan saya dapat informasi, memang ada divisi khusus yang menangani permintaan penggemar Aa Gym untuk foto bareng. Ini pemasukan halal tentu saja. Hanya saja, segitu perhitungannya banget, sampai-sampai orang minta foto bareng saja dikenakan tarif. Entahlah setelah Aa Gym bercerai dengan Teh Ninih dan menikahi lagi Teh Ninih. Apakah masih ada tarif?

1 comment:

Terima kasih atas kunjungan anda!